Sering kita dengar kata jemawa, sebuah sikap yang mencerminkan kesombongan, keangkuhan, tinggi hati dan arogansi. Menghargai diri sendiri secara berlebihan, sementara cenderung merendahkan orang lain karena merasa dirinya yang paling hebat.
Kata jemawa sendiri, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
angkuh, congkak. Kebalikan dari sikap angkuh dan congkak adalah rendah hati. Sikap yang tidak pernah menonjolkan “akunya” . Tidak mempertontonkan “kehebatan” dirinya, tetapi menyembunyikannya. Malah, cenderung menghargai orang lain, sekecil apapun pekerjaan itu, akan tetap dihargai. Itulah sikap rendah hati.
Itu pula yang tercermin dari kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.
Sukses yang telah diraih dengan makin terkendalinya kasus Covid-19 tidak membuatnya jemawa. Memperpanjang PPKM per level untuk dua pekan ke depan, pertanda tiadanya sikap jemawa. Selain sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengambil kebijakan yang menyangkut keselamatan banyak orang.
Padahal, fakta tidak terbantahkan bahwa perkembangan kasus Covid-19 di tanah air terus membaik. Kasus baru kian menurun, tingkat kesembuhan terus meningkat dan kasus kematian semakin melandai.
Begitu juga kasus aktif (pasien Covid-19 yang masih dalam perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri) hanya tersisa 30 ribu, dari sebelumnya di atas 500 ribu orang.
Lagi pula berkaca kepada sejumlah negara lain, dengan mencabut pembatasan secara frontal berdampak buruk di kemudian hari, di saat virus corona masih terus bermutasi dengan varian barunya.
Di saat ancaman gelombang ketiga Covid-19 kian nyata, cepat atau lambat akan datang juga. Hanya saja kapan dan sejauh mana risiko yang didapat dari ancaman itu, serta bagaimana dampaknya bagi negeri kita, masih terus dianalisa.
Terkendalinya kasus Covid adalah prestasi yang patut diapresiasi. Harus kita syukuri dengan terus meningkatkan pengendalian.
Meski prestasi yang diraih tersebut luar biasa, tetapi harus tetap disikapi bahwa capaian tersebut perlu perbaikan, perlu penyempurnaan. Itulah sikap rendah hati yang hendaknya terpatri agar tidak tergoda dengan munculnya sikap jemawa.
Menjauhi sikap jemawa hendaknya menular hingga ke semua daerah dalam upaya pengendalian Covid-19. Mulai dari pejabatnya, perangkatnya dan rakyatnya.
Jangan karena kasus menurun drastis, PPKM level 2, capaian vaksinasi di atas 50 persen, lantas terlena dengan pelonggaran, pembatasan disepelekan, disiplin protokol kesehatan terabaikan.
Kita sebagai warga yang baik hendaknya tidak tergoda situasi. Jangan karena merasa diri sehat, aktivitas padat tanpa masalah, berkegiatan di lingkungan yang ketat, semuanya sudah vaksin dua kali, lantas tidak menaati aturan PPKM.
Semoga yang demikian tidak ada lagi. (Jokles)