TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Semenjak pandemi Covid 19, penjual furniture berbahan kayu Jati Belanda di Kota Tangerang menjerit. Hal ini terjadi akibat sulitnya mendapatkan bahan baku yang didatangkan langsung dari Belanda.
"Bahan baku nya selama pandemi lumayan sulit dicari, inikan bahannya nuruninnya juga dari bandara, jadi biasanya perminggu ada 3 mobil truk sekarang mah sulit," ujar Munir, penjual furniture kayu Jati Belanda di Jalan Pembangunan 3, Kelurahan Karang Anyar, Neglasari, Kota Tangerang.
Menurut dia kayu asal Belanda ini memiliki keunikan khusus. Apalagi kayu ini banyak peminatnya di Indonesia.
"Kayunya dari luar asli belanda, Kayu jati belanda (ada seratnya) , ada jerman, sama lokal, itu bahan yang ada disini. Paling mahal jati belanda, ketimbang dengan lokal semacam kayu mahoni dan lainnya. Perbandingan harga jati belanda perpapan satu meter bisa 10 sampai 15 ribu, kalo lokal ada yang 3meter 15 ribu," imbuhnya.
Munir yang sudah menggeluti pembuatan furniture lebih dari 20 tahun mengatakan selama pandemi, penjualan produknya mengalami penurunan yang berdampak pada omset yang didapat.
"Pendapatan sih kurang lebih menurun. Sejak awal tahun 2019 covid, sebelum covid tuh 10 juta keatas perbulan. Kalo sekarang 2 jutaan," katanya.
Produk yang ia tawarkan pun beragam mulai dari meja sampai lemari. Ia pun mengatakan untuk harga, tergantung pesanan para konsumen.
"Meja, kursi, meja kantor, lemari, grobak, tergantung permintaan konsumen nanti kita buatkan. Semua dari bahan kayu bisa dibikin," jelasnya.
Diketahui, di jalan Pembangunan 3, terdapat kurang lebih 27 lapak pembuatan furniture berbahan dasar kayu.
"Untuk meja standar satu set 60 x 1 meter, 600 sampai 700 ribu. Tergantung pesannya kalo semakin banyak, bisa dikurangi harganya," ucapnya
"Kebanyakan dari sekolah, kafe, properti untuk perumahan baru (apartemen)," imbuhnya.