Tatanan kehidupan yang dipertontonkan di berbagai media sosial ini di dominasi oleh kalangan generasi milenial, generasi z, serta generasi alpha.
Keprihatian terhadap kondisi sosial ini seharusnya menjadi pendorong setiap institusi pendidikan, termasuk Perguruan Tingi.
Sebagai institusi yang menyiapkan generasi muda dengan berbagai bekal pengetahuan dan keterampilan, wajib ikut serta membekali para mahasiswa dengan nilai-nilai humanisme sebagai landasan bersikap dan berperilaku.
Program ini dapat dikemas dalam bentuk Program Pendidikan Humaniora.
Ilmu humaniora berkaitan erat dengan aspek sosial, sehingga memiliki andil besar dan peran penting yang strategis dalam membangun karakter bangsa.
Mengacu pada pilar pendidikan, dimana pendidikan dan pembelajaran hendaknya memiliki empat tahapan proses yang terdiri dari: learning to know (untuk mengetahui), learning to do (untuk melakukan), learning to be (untuk membangun jati diri), dan learning live together (untuk hidup bersama-sama) secara harmonis.
Dalam konteks humaniora, empat tahapan proses tersebut sangat mendukung dalam pelaksanaan bidang-bidang ilmu yang terkait humaniora.
Keberhasilan pendidikan tidak cukup sekadar diukur dengan angka ataupun tingkat inteligensia semata, akan tetapi yang lebih penting adalah mengenai pembentukan karakter.
Oleh karena itu, karakter perlu mendapatkan perhatian lebih dalam proses pendidikan di Indonesia, dikarenakan di era yang serba digital ini sering terjadi tindakan nir-karakter pada institusi pendidikan.
Di sinilah letak peran penting dari rumpun ilmu humaniora yang mengambil peran dalam memberikan langkah yang solutif bagi permasalahan tersebut.
Humaniora sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu pengetahuan yang meliputi filsafat, hukum, sejarah, bahasa, sastra, seni, dan sebagainya.
Humaniora juga berarti makna intrinsik nilai-nilai humanisme, nilai kemanusiaan. Dalam bahasa sehari-hari diartikan sebagai 'memanusiakan manusia'.