JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Profesor Zubairi Djoerban menyampaikan kabar baik bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Menurutnya saat ini perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air sudah semakin membaik.
Berkat Kerjasama seluruh pihak, pandemi Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan tanda-tanda positif.
Bahkan disebut oleh Profesor Zubairi bahwa angka kematian harian Covid-19 Indonesia terus menurun.
Meski begitu, Profesor Zubairi tetap mengimbau agar masyarakat Indonesia tidak mudah terlena dan terus berikhtiar agar pandemi Covid-19 bisa segera teratasi sepenuhnya.
“Kabar baik. Angka kematian harian Covid-19 Indonesia terus turun. Tapi tak berarti ikhtiar kita selesai,” cuit Profesor Zubairi di akun Twitter pribadinya pada Minggu (26/9/2021).
Lebih lanjut, sang profesor juga menunjukkan data penurunan kasus kematian mulai dari awal agustus 2021 sampai dengan akhir September 2021.
- 10 Agustus 2021: 2.048 jiwa
- 13 September 2021: 276 jiwa
- 20 September 2021: 166 jiwa
- 26 September 2021: 86 jiwa
Momen ini merupakan tanda yang sangat baik di era pandemi Covid-19, Profesor Zubairi mengungkapkan bahwa seharusnya hal ini bisa dirayakan dengan hati yang sangat tenang dan senang.
"Mari tersenyum, angkat secangkir kopi, dan bersulang. Disclaimer: Saya sama sekali tidak bermaksud meremehkan kematian dan memandang kematian ini sebagai angka saja,” tutupnya.
27, 2021Kabar baik. Angka kematian harian Covid-19 Indonesia terus turun. Tapi tak berarti ikhtiar kita selesai.
— Zubairi Djoerban (@ProfesorZubairi)
-10 Agustus 2021: 2.048 jiwa
-13 September 2021: 276 jiwa
-20 September 2021: 166 jiwa
-26 September 2021: 86 jiwa
Mari tersenyum, angkat secangkir kopi, dan bersulang.
Namun di sisi lain Profesor Zubairi juga sedikit mengkhawatirkan tentang adanya sistem pembelajaran tatap muka (PTM) yang mulai diberlakukan di sejumlah daerah.
Justru dengan adanya pembelajaran tatap muka sangat berpotensi memunculkan klister baru di lingkungan sekolah.
Bahkan tercatat per 20 September 2021, dari situs Kemendikbudristek memberikan data dari total 46.500 sekolah, ada sebanyak 2,8 persen atau 1.296 sekolah yang melaporkan terjadinya klaster Covid-19.
“Ini yang dikhawatirkan. Apalagi siswa di bawah 12 tahun yang akan menghadapi peningkatan risiko infeksi tanpa perlindungan vaksin," kata Profesor Zubairi.
Maka dari itu Profesor Zubairi berharap agar pemerintah sudah mempunyai solusi dari permasalahan tersebut agar ke depannya tidak terjadi banyaknya pasien anak-anak di rumah sakit.
"Semoga kita punya mitigasi untuk ini sehingga fasilitas medis tidak dibanjiri anak-anak. Jangan buru-buru. Sabar," tambahnya. (cr03)