INGGRIS, POSKOTA.CO.ID - Penelitian di Inggris menyebutkan efek samping Covid-19 dapat berpengaruh pada otak manusia.
Pada Agustus 2021 lalu, studi dengan skala besar menyelidiki perubahan otak penyintas Covid-19.
Peneliti menemukan hasil mencengangkan terkait kondisi penyintas Covid-19. Mereka menemukan kelompok ini menjadi lebih lambat dalam memproses informasi.
Menurut penelitian juga, Covid-19 juga telah memengaruhi bagian otak olfactory bulb, sebuah struktur di dekat bagian depan otak yang meneruskan sinyal tentang bau dari hidung ke daerah otak lainnya. Inilah alasan penderita Covid-19 kehilangan indera perasa dan penciuman.
Olfactory bulb terhubung dengan daerah lobus temporal, daerah di mana hipoccampus berada.
Ini adalah bagian otak yang kemungkinan memainkan peran kunci dalam penuaan, mengingat fungsinya adalah mengolah memori dan proses kognitif.
Sebelumnya, dikutip Poskota.co.id dari WebMD, para peneliti di Inggris menganalisis data dari 81.337 orang yang mengikuti Great British Intelligence Test pada tahun 2020.
Sekitar 13.000 orang melaporkan telah tertular Covid-19. Sejumlah 275 orang di antaranya menyelesaikan tes sebelum dan setelah infeksi.
Mereka yang sebelumnya terinfeksi virus corona merasa lebih susah mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemecahan masalah, penalaran, dan perencanaan tata ruang.
Dari hasil tes tersebut, peneliti menilai buruknya penurunan fungsi kognitif tampaknya berhubungan dengan seberapa parah infeksi terjadi.
Para peneliti mengatakan subjek yang telah menggunakan ventilator saat sakit menunjukkan efek terbesar. Rata-rata, skor IQ partisipan turun 7 poin.
Penelitian yang diterbitkan oleh JAMA Network Open menunjukkan infeksi Covid-19 memiliki efek pada memori, bahkan pada pasien dengan gejala ringan.
Penelitian dilakukan oleh Arne Søraas, Ph.D., dari Oslo University Hospital di Norwegia. Ia dibantu rekannya dengan merekrut subjek sebanyak 13.001 orang dewasa yang terindikasi Covid-19 pada 1 Februari sampai 15 April 2020.
Subjek dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, mereka yang positif Covid-19 dengan infeksi relatif ringan dan tidak dirawat di rumah sakit. Kedua, individu yang dinyatakan negatif Covid-19. Ketiga, individu dari populasi umum yang dipilih secara acak.
Seluruh partisipan survei mengisi kuesioner di awal dan 8 bulan kemudian. Kuesioner berisi gangguan memori dan masalah kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan.
Dari hasil penelitian, ditemukan 11 persen subjek yang terinfeksi virus corona memiliki masalah memori setelah 8 bulan infeksi. Sementara, subjek yang negatif hanya 4 persen yang mengalami masalah memori.
Kemudian, pada kelompok ketiga yaitu peserta yang dipilih secara acak hanya terjadi 2 persen penurunan masalah memori.
Menurut dr. Devia Irine Putri, memang sudah banyak peneliti yang mengatakan Covid-19 dapat memengaruhi cara kerja otak pasien setelah sembuh. Salah satu yang banyak dilaporkan yaitu brain fog.
“Salah satu gejala long covid yaitu munculnya brain fog atau perkabutan otak, yang bisa menyebabkan keluhan pada pasien Covid-19 seperti sulit berkonsentrasi dan menurunnya daya ingat,” ucap dr. Devia.
Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah pasien virus corona berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit Alzheimer di masa depan atau tidak. (cr09)