ADVERTISEMENT

Bahasa Arab Disebut Sebagai Sumber Terorisme? Ketua MUI: Kacau Nih Logikanya!

Rabu, 8 September 2021 17:01 WIB

Share
Ketua MUI Pusat Bantah Bahasa Arab Sebagai Salah Satu Sumber Terorisme (Foto: Istimewa)
Ketua MUI Pusat Bantah Bahasa Arab Sebagai Salah Satu Sumber Terorisme (Foto: Istimewa)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Ketua Majelis Ulama (MUI) Pusat Muhammad Cholil Nafis tidak terima apabila ada pihak yang beranggapan bahwa bahasa arab sudah menjadi salah satu sumber dari kemunculan terorisme.

Awalnya pendapat tersebut disampaikan langsung oleh pengamat intelijen, yakni Susaningtyas Nefo Kertopati yang memberikan tudingan bahwa sudah banyak sekolah di Indonesia menganut militan Taliban dan bahasa Arab sebagai ciri teroris.

Mendengar pernyataan itum Cholil mengaku bahwa kata-kata itu bukan dikeluarkan dari mulut seorang pengamat, karena justru malah menyesatkan. 

Susaningtyas dianggap Cholil tidak mengerti keseluruhan makna dari bahasa Arab yang pada akhirnya justru ia sangkitpautkan dengan teroris.

“Mengamati atau menuduh. Gara-gara tak mengerti bahasa Arab maka dikiranya sumber terorisme atau dikira sedang berdoa hahaha. Ini bukan pengamat tapi penyesat,” cuit Muhammad Cholil sebagaimana dikutip PosKota.co.id dari akun pribadi media sosial Twitter-nya pada Rabu (8/9/2021).

Selain itu Cholil juga mempertanyakan pernyataan yang diucapkan oleh Susaningtyas setelah dia menganggap bahwa orang yang tidak hapal nama-nama partai politik (parpol) sebagai salah satu ciri-ciri teroris.

Melihat pernyataan itu, Cholil justru mengatakan kalau Susaningtyas mempunyai cara berpikir atau logika yang sudah kacau.

“Masa tak hafal nama-nama parpol dianggap radikal, nanti kalau tak kenal nama-nama menteri dikira tak nasionalis. Kacau nih logikanya,” tambahnya.

Cholil meyakini tidak ada hubungannya radikal dengan partai politik, dia pada akhirnya memberikan contoh ada orang yang tidak mau tahu dengan parpol karena tak percaya dan itu tidak bisa disebut sebagai radikal.

"Jangan-jangan tidak kenal menteri juga disebut tak nasionalis sementara menterinya ganti-ganti. Saya hapal semua nama menterinya namun bisa jadi masyarakat awam tak hapal karena sibuk dengan makan, hidup," ucapnya menambahkan.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT