Kebanyakan lelaki memang tak tahan lihat janda cantik pantat gede, maka seperti Bahri, 36, dari Surabaya ini mendadak salting (salah tingkah) ketika janda Karina, 45, yang cantik dan semok itu ngontrak dekat rumahnya.
Karena kemudian si janda dipacari sampai mendalam, istri pun minta cerai.
Jika urusan janda cantik nan bahenol, kebanyakan lelaki kalah diiman dan kuat di “imin”. Meski di rumah sudah ada istri dan anak-anak, ada saja yang mencoba menelateni secara diam-diam. Banyak yang berhasil, banyak pula yang gagal.
Tapi banyak pula yang berhasil tapi kemudian ketahuan, dengan resiko rumahtangga sendiri jadi berantakan. Sebab istri cap apapun pasti tak sudi diduakan dan ditanding-tandingkan.
Lelaki yang kuat di imin ketimbang imannya itu salah satunya Bahri warga kota Surabaya. Awalnya rumahtangga Bahri – Nunung, 30, aman-aman saja, dalam arti cukup bahagia bersama kedua anaknya.
Meski dalam kondisi sulit karena hantaman badai Covid-19, ekonomi mereka tak terpengaruh banyak. Bahkan menurut hasil survei Pak RW, pertumbuhan ekonomi keluarga Bahri meningkat sampai 7 persen.
Celakanya, meski tetap kuat dari gempuran Corona, Bahri selaku kepala rumahtangga justru tak kuat oleh gempuran janda Karina, yang baru mengontrak beberapa minggu di dekat rumahnya. Maklum, sebagai lelaki normal dia tak tahan melihat penampilan si janda yang tetap semok dan kenceng dalam usia kepala empat. Ibarat mobil, Karina ini bodinya full kaleng, dan cat masih orsinil.
Sebetulnya yang tertarik pada Karina bukan saja Bahri, lelaki tetangga yang lain juga demikian.
Cuma mereka mampu menahan diri, ketertarikannya itu tak sampai terlihat nyata. Beda dengan Bahri, setiap pagi pukul 06:00 di mana janda Karina belanja ke warung, pasti dipelototi oleh suami Nunung ini.
Dia yang hanya pakai rok tanpa jilbab dan gamis, goyangan pantatnya saat berjalan jadi konsumsi gratis mata Bahri. “Kentel juga itu barang.....!” batin Bahri.
Rupanya Karina lama-lama tahu juga jadi pusat perhatian tetangganya itu. Nampakya sih sedang nyuci mobil, tapi mata Bahri jelalatan ke bodinya bagian belakang dekat bemper.
Dengan ramah Karina mengangguk sambil senyum lalu katanya, “Belum berangkat Mas?” Bahri pun belingsatan dan tergagap. Wih, senyumnya sungguh pepsodent yang sudah pakai irium dan LD3.
Nunung heran juga, kenapa belakangan suaminya rajin cuci mobil sendiri, padahal biasanya dibawa ke bengkel. Lama-lama dia tahu juga bahwa itu sekedar modus Bahri untuk bisa melihat janda Karina belanja ke warung.
Lalu katanya langsung nembak suami, “Tuh kan, ada janda bahenol kamu langsung salting!” Merah juga muka Bahri, istrinya ngarani kok waton nyata (menuduh berdasarkan bukti).
Tapi dia pinter ngeles macam pengacara. Biar sudah ditegur bini, bukan bararti surut, justru semakin dipertajam dan masuk skala prioritas.
Sekali waktu pas Bahri mau ke kantor, terlihat janda mau naik bemo (angkot), langsung saja disamperi dan ditawari bareng bersamanya.
Pokoknya siap ngantar sampai ke ujung langit. Dari obrolan dalam mobil itulah keduanya mulai akrab.
Meski Karina usianya terpaut jauh di atasnya, karena Bahri termasuk lelaki pencinta benda purbakala, akhirnya dipacari juga dengan segala kostnya.
Di bawa ke hotel Karina mau saja dan Bahri baru merasakan, biar janda tua tapi Karina masih pulen dan mempur macam singkong barusan direbus.
Lama-lama aksi mesum Bahri – Karina tercium oleh Nunung, manakala keduanya hendak pergi berdua ke suatu tempat.
Mereka memang batal cek in, malah cekcok di jalan gara-gara Nunung terus nyap-nyap.
Setibanya di rumah Nunung langsung bikin pernyataan sikap, menolak orang ketiga dalam rumahtangganya.
Ketimbang makan hati, dia mau menggugat cerai saja lewat Pengadilan Agama. Silakan kalau Bahri hendak mengawini janda anggur kolesom.
Kata Mbah Bendot, biar tua yang penting rasanya Bung! (GTS)