Oleh Hasto Kristiyanto
SOSOK ini begitu dihormati oleh Bung Karno. Tidak hanya karena perannya yang sangat penting. Radjiman hadir sebagai sosok yang berwibawa dan mampu memberikan direction yang begitu jelas dan tegas ketika memimpin Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).
Dengan kewibaannya, pengalamannya yang luas, dan legitimasi perjuangan yang panjang, serta kiprahnya sebagai dokter yang ikut berjasa besar di dalam mengatasi wabah pes yang begitu mematikan, membuat kepemimpinan Radjiman mampu mengukir sejarah emas, meletakkan dasar-dasar yang kokoh daripada Indonesia Merdeka: Pancasila dan rancangan undang-undang dasar, yang kemudian ditetapkan sebagai UUD 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Radjiman Wedyodiningrat (ilustrasi)
Sejarahpun mencatat, hanya Bung Karno yang oleh Radjiman Wedyodiningrat dinilai sebagai satu-satunya tokoh yang mampu menjawab filsafat yang sedalam-dalamnya daripada Indonesia Merdeka.
Sosok Radjimanlah yang hadir sebagai salah satu sumber primer, ketika dari tulisan tangannya di Walikukun, Kabupaten Ngawi, mematahkan seluruh rekayasa politik orde baru yang mengaburkan peran Bung Karno sebagai penggali Pancasila.
Radjiman pula yang berperan besar melakukan konsolidasi politik bersama Bung Karno, untuk mematahkan proyek pembentukan negara Republik Indonesia Serikat menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1950, dan Radjiman pula yang dipercaya sebagai Ketua DPR Pertama.
Rasa hormat Bung Karno ditunjukkan dengan menyediakan jemputan kereta api khusus dari Jakarta ke Ngawi, manakala Radjiman bertugas memimpin sidang di DPR RI di Jakarta.
Keistimewaan Radjiman terlihat sejak kecil. Radjiman kecil piawai mengemudikan delman, dan dengan delman itu, ia menjalankan tugasnya mengantar putra dr. Wahidin Soedirohoesodo ke sekolah.
Dengan alasan praktis, daripada antar jemput, Radjiman kecil lebih suka menunggu di sekolah, duduk tekun di samping dinding sekolah, dan dari dinding sekolah itulah Radjiman kecil mendengarkan setiap pelajaran yang disampaikan guru-guru Belanda.
Pada suatu hari, dalam keheningan di kelas karena tidak ada satupun yang mampu menjawab pertanyaan dari Sang Guru Belanda, tiba-tiba terdengarlah suara nyaring dari balik dinding sekolah, suatu jawaban yang secara tidak sengaja diucapkan oleh Radjiman.
Ketepatan jawaban Radjiman kecil inilah, yang menciptakan daya tarik guru Belanda tersebut, dan kemudian oleh belas kasihnya, Sang Guru tersebut memberikan kesempatan Si Anak Marhaen untuk mengikuti pelajaran di kelas, dan jadilah Radjiman tercatat secara formal sebagai murid, dan kemudian terbukti, kecerdasannya melampaui murid kebanyakan.
Dengan kecerdasannya, Radjiman mampu melakukan loncatan perubahan. Kepintarannya menyebabkan ia mampu melanjutkan sekolah hingga mendapatkan gelar dokter pada saat usia 24 tahun.
Tidak puas sekedar menjadi dokter, Radjiman melanglang buana, memperkuat kepakarannya di Amerika Serikat, Perancis, Jerman dll.
Dari situlah Radjiman membangun relasi yang luas yang dikemudian hari, akses internasionalnya begitu penting di dalam mendapatkan sumber informasi strategis ketika Jepang merencanakan untiuk menyerah terhadap Sekutu paska pengeboman Hirosima dan Nagasakti.
Pelajaran apa yang bisa ditarik dari sosok Radjiman Wedyodiningrat? Mengapa Ia lebih tertarik memelajari berbagai jenis penyakit rakyat, dan dengan gagah berani terlibat aktif di dalam upaya pemberantasan penyakit pes, dan mengapa kemudian Ia melibatkan diri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia?
Berdasarkan keterangan keluarga terdekatnya, Radjiman Wedyodiningrat memilih profesi kedokteran karena itulah dedikasinya yang pertama di dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dengan memastikan rakyat Indonesia bebas dari berbagai bentuk penyakit.
Ia bergulat secara langsung, membangun harapan rakyat, dan mengobarkan jiwa kemanusiaan. Ia sengaja memilih jalan perjuangan, daripada sekedar menikmati kekayaan dan hidup dalam alam kemapanan.
Dari seluruh pergulatannya itu, Radjiman percaya bahwa hanya dengan kemerdekaanlah, bangsa Indonesia dapat terbebas dari berbagai belenggu kemiskinan, kebodohan, dan juga bebas dari berbagai penyakit.
Karena itulah Ia aktif dalam pergerakan Budi Oetomo. Ia aktif sebagai anggota Volksraad guna membela kepentingan Bumi Poetera.
Dalam perspektif kepemimpinan strategik, Radjiman merupakan sosok pemimpin visioner.
Dengan model kepemimpinan itu, Radjiman mampu meletakkan agenda strategis sidang BPUPK yang pada awalnya BPUPK hanyalah lahir sebagai bentuk politik pemanis yang lahir atas situasi keterdesakan Jepang menghadapi tekanan Amerika Serikat dalam Perang Pasifik.
Radjiman telah bertindak strategis dengan menggunakan legalitas BPUPK yang sebenarnya kewenangannya terbatas dan dibatasi sesuai kepentingan Bala Tentara Jepang.
Namun sejarah mencatat, bagaimana Radjiman mampu mencari ruang gerak dengan memasukkan agenda startegis bagi pembahasan hal-hal yang fundamental terkait pentingnya dasar negara.
Tidak hanya itu, keputusan strategis tentang wilayah Indonesia Merdeka yang melingkupi seluruh wilayah jajahan Hindia Belanda hingga Borneo Utara, seluruh wilayah Kalimantan, Timur Portugis, hingga ke Irian Barat berikut pulau-pulau kecil disekitarnya merupakan keputusan visioner.
Demikian halnya, keputusannya untuk melanjutkan pembahasan tentang Warga Negara Indonesia dan Rancangan Undang-undang Dasar Indonesia Merdeka, merupakan contoh kemampuannya di dalam menggunakan momentum, mencari ruang gerak sehingga ketika Indonesia Merdeka, hal-hal mendasar tentang kehidupan berbangsa dan bernegara telah diletakkan.
Radjiman Wedyodingrat sosok sederhana penuh keluhuran budi. Rasa cintanya terhadap Indonesia benar-benar ditunjukkan hingga akhir hayatnya.
Berdasarkan penuturan keluarganya, jauh sebelum John F. Kennedy menyampaikan kata-kata bijak untuk jangan bertanya apa yang diberikan negaramu, tetapi bertanyalah apa yang bisa kamu berikan kepada negerimu, sosok Radjiman telah menyampaikan falsafah itu.
Keluhuran budi dan rasa cintanya secara total kepada rakyat Marhaen, dibuktikan oleh Radjiman Wedyodiningrat dengan memberikan puluhan hektar tanahnya kepada masyarakat Ngawi yang kurang mampu.
Hebatnya, anak cucunya dilarang keras untuk membesar-besarnya jasanya bagi bangsa dan negara, sebab hal itu menurut Radjiman merupakan tanggung jawab dan sekaligus kesadarannya sebagai warga negara.
Sebab, berulang kali ia selalu tegaskan, bahwa hidup berbangsa dan bernegara harus diisi dengan penuh dedikasi.
Dengan begitu banyak keteladanan yang ditunjukkan oleh sosok Radjiman Wedyodiningrat tersebut.
Karena itulah sudah layak dan sepantasnya, apabila di bulan Agustus—bulan yang keramat dimana Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia terjadi—bangsa Indonesia memberikan penghomatan khusus pada pahlawannya, khususnya Bung Karno, Bung Hatta, Radjiman Wedyodiningrat, dan seluruh pahlawan bangsa yang telah menunjukkan dharma baktinya bagi negara.
Sebab tidak ada bangsa besar terlahir tanpa jiwa kepahlawanan. Tidak ada bangsa besar lahir tanpa kepeloporan dan perjuangan.
Tidak ada bangsa besar tanpa meletakkan sejarahnya secara benar. Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia mengajarkan begitu banyak hal, guna memastikan arah perjalanan bangsa ke depan.
Belajar dari para pemimpin pejuang, seluruh anak bangsa bisa mengambil inspirasi terpenting, bahwa dalam konsepsi negara, Indonesia lahir sebagai negara dengan konsepsi paripurna.
Dalam hal keteladanan para pemimpin, begitu banyak mutiara keteladanan yang menjadi sumber acuan bagi lahirnya pemimpin negarawan yang memiliki tanggung jawab sama, bagi kejayaan dan kepemimpinan Indonesia bagi dunia. Merdeka!!