JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Di kantin belakang gedung kantor Pendudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta, nampak puluhan orang wanita pria (waria) berkumpul sambil bercengkrama. Disitu, nampak seorang waria bernama Sumanto alias Dea (25) mengambil sebatang rokok kemudian memantikkan api.
Satu hisapan rokok ia hembuskan sambil bergemulai memainkan gadget miliknya. Tak luput sembari mendengarkan teman sesama warianya dalam diskusi siang yang mereka sajikan sambil menengguk segelas kopi.
Ya, saat itu Dea memang sedang berada di kantor Dukcapil untuk membuat kartu identitas (E-KTP) yang selama ini ia dambakan. Sebagai waria tentunya karti identitas juga dibutuhka bagi Dea meski dirinya akui bahwa ia waria.
"Lagi mau bikin KTP sama temen-temen. Aku jauh datang dari Depok bareng temen-temen, ini semua orangnya," kata Dea sambil memperkenalkan teman-temannya kepada wartawan.
Jam sudah menunjukkan pukul 13.30 siang. Saatnya Dea bergegas naik ke lantai lima gedung Dukcapil untuk mengurus identitas. Dengan tingkah jenakanya, Dea nampak percaya diri dengan statusnya sebagai waria yang ia sandang sejak mulai duduk dibangku SMP.
Singkat cerita, KTP Dea sudah selesai diurus. Ia pun sangat sumringah ketika melihat KTP baru miliknha itu setelah tiga tahun lamanya tidak punya KTP lantaran sudah lama hilang.
"Alhamdulillah KTP aku jadi cyin, udah tiga tahun gak punya KTP mau kemana-mana susah gak ada identitas," kata dia sambil sesekali bergemulai layaknya wanita.
Dea sudah sejak duduk dibangku sekolah SMP memutuskan untuk menjadi waria secara utuh, setekah sebelumnya sedari kecil sikap dan sifatnya memang seperti wanita.
Diakuinya, sikap seperti wanita tersebut memang telah tumbuh sedari kecil dan itu merupakan keturunan dari keluarga. Sebab beberala diantata keluarganya yang lain juga merasakan dan menjadi apa yang Dea jalani saat ini, yaitu menjadi waria dan gemulai meski kodratnya laki-laki.
"Aku memang dari kecil begini (kaya cewek). Mungkin karena udah keturunan kali ya soalnya banyak keluarga aku juga sama kaya aku. Terus pas SMP aku udah mulai dandan," ucapnya.
Meski tahu dirinya seperti wanita, namun Dea tidak merasa minder. Justru dirinya sangat merasa percaya diri dan bangga. Walaupun sesekali mendapat ejekan namun hal tersebut tidak ia gubris.
Bahkan beberapa teman kecil saat itu kaget melihat perubahan Dea, sebab dulunya Dea hanya pria lekong biasa tapi kini penampilannya berubah drastis layaknya wanita biasa. Suaranya pun mirip seperti wanita pada umumnya yang halus.
"Aku mulai melakukan operasi pada tubuh aku muali dari bagian dada, lengan, badan dan pita suara supaya kaya keliatan cewek gitu. Tapi kalo untuk kejantanan aku, aku belum berani melakukan operasi karena masih bahaya," katanya.
Operasi yang dilakukan Dea merupakan hasi uang bekerja dia sebagai tukang pijat. Dalam sekali pijat, Dea mrnarifkan harga 150 ribu sampai 200 ribu. Namun jika yang sudah kenal, haga itu bisa di negoisasi.
Butuh beberapa tahun merubah penampilamnya seperti wanita. Dea harus mengumpulkan uang hasil kerja kerasnya sebagai tukang pijat demi merubah penampilannya. Bahkan ia rela menguras kocek yang bisa dibilang sangat fantasatis.
"Ya kira-kira habis puluhan juta untuk merubah penampilan saya sampai bisa kaya gini. Ini uang hasil kerja saya selama jadi tukang pijatnsaya kumpulin," ungkapnya.
Kini, Dea tinggal di kawasan Depok bersama teman satu komunitasnya. Saat ini dirinya masih bekerja sebagai tukang pijat.
Beda dengan yang dulu, saat ini Dea memilih untuk menjadi tukang pijat panggilan. Berbeda dengan jaman dahulu yang masih mangkal di pinggir jalan untuk mencari pelanggan.
"Semenjak orang tua saya gak ada saya tinggal di Depok bareng mereka (teman satu komunitasnya). Dulu saya mangkal tapi sekarang saya panggilan aja," tutupnya. (cr01)