JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menilai kunci utama dari kebangkitan ekonomi adalah bagaimana pandemi bisa dikendalikan.
"Ini perlu disadari ekonomi tidak akan bangkit kalau pandemi tidak bisa dikendalikan," terang Faisal saat berbicara pada dialog "Mengupas Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2021".
Acara yang berlangsung secara virtual di Jakarta, Jumat siang (6/8/2021) menghadirkan pembicara Menteri Investasi /Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Teguh Dartanto, Staf Pengajar UI.
Faisal menambahkan sekarang ini baru disadari bahwa testing harus 400 ribu per hari, kontak tracing 1 banding 8 dan juga vaksinasi digencarkan dengan melibatkan mahasiswa di seluruh Indonesia untuk mengendalikan pandemi.
"Saya bersyukur walaupun agak terlambat (dalam mengendalikan pandemi). Sebab ekonomi tidak akan bangkit kalau pandemi tidak bisa dikendalikan," terang Faisal.
Menurut Faisal, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2021 mencapai 7,07 persen ini untuk bulan Maret sampai Juni, dan lembaga survei internasional di antaranya seperti Bloomberg itu memprediksi ekonomi Indonesia akan mengalami perlambatan pada Juli dan Agustus.
Bahkan, lanjut Faisal, pertumbuhan ekonomi Indonesia 7,07% secara tahunan di kuartal II-2021. Menurutnya kecepatan recovery atau pemulihan ekonomi Indonesia masih tergolong buruk.
"Kalau saya bandingkan misalnya dengan Singapura, itu kecepatan recovery-nya sekitar 27%. Sementara Indonesia kecepatan recovery-nya hanya sekitar 14%," kata dia.
Sebab itu, menurut Faisal, Indonesia terus mendorong investasi, apalagi kinerja investasi kita benar keleleran. "Tahun 2020 kinerja investasi meningkat dibandingkan dengan tahun 2019," tuturnya.
Ia menambahkan di tahun 2019 Indonesia masuk peringkat 19 di dunia sebgai penerima investasi langsung. "Tahun 2020 Indonesia meningkat ke posisi 17," terangnya.
Menurut dia, Indonesia sudah beberapa tahun masuk ke dalam top twenty (20) besar sebagai negara penerima investasi, Indonesia bersama dengan Singapura di ASEAN.
"Jadi kita lebih bagus dari Vietnam. Sebab itu, kita jangan menjelek - jelekan kita sendiri karena Indonesia sebenarnya bagus sebagai negara penerima investasi," Faisal menambahkan. (*)