Seorang pengendara motor wanita tewas usai terlibat kecelakaan di Jalan Boulevard Bintaro Jaya, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Minggu (1/8/2021). (foto: istimewa)

Opini

Petaka Sunmori

Senin 02 Agu 2021, 06:00 WIB

Oleh Tri Broto, Wartawan Poskota

AWAL Agustus, Minggu (1/7) pagi, media sosial
dihebohkan dengan kecelakaan di Jalan Boulevard Jaya, Pondok Jaya, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.

Insiden ini terjadi pukul 06.30 yang menewaskan seorang pengendara wanita. Sekilas info ini biasa saja. Akan tetapi, jadi pergunjingan karena kecelakaan itu melibatkan pengendara motor gede alias moge.

Yang mengernyitkan dahi adalah pengendara moge itu tidak sendirian, tetapi sedang bersama rombongan lain. Rombongan sedang dalam kegiatan Sunmori (Sunday Morning Ride). Salah satu bentuk kegiatan komunitas sepeda motor.

Dari kalimatnya jelas bahwa Sunmori adalah berkendara motor pagi-pagi di hari Minggu. Di kalangan anak motor atau komunitas sepeda motor Sunmori kerap jadi agenda rutin, jumlah pe sertanya tak terbatas. Ada yang dilakukan sepulang touring atau usai nongkrong sejak malam Minggu. Ada pula yang memang janjian bertemu di Minggu pagi alias kopi darat atau kopdar.

Nah, dalam kasus insiden di kawasan Bintaro itu (persis di depan Hotel Santika) terlihat jelas dalam tayangan video yang viral bahwa sepeda motor Honda Beat yang dikendarai wanita diseruduk dari arah belakang oleh moge merek Kawasaki Ninja ER-N warna hijau. Sepeda motor wanita itu terseret sejauh sekitar lima meteran.

Kanit Laka Lantas Polres Tangerang Selatab, Iptu Nanda Setya Pratama Baso menyebutkan bahwa pengendara wanita berinisial H tewas di tempat. Sedangkan pengendara Kawasaki ER-N berinisial AS itu luka-luka.

Fokus netizen lebih ke pengendara moge. Bagaimana bisa pengendara sepeda motor berkapasitas 650 cc itu lengah hingga menyebabkan kecelakaan dan tewasnya pengendara lain. Polisi pun menduga pengendara moge lengah saat itu.

Pertanyaan lain adalah dengan sepeda motor yang produksi barunya dijual di atas Rp 100 jutaan tentu si pengendara lebih ahli dalam berkendara dan ekstra waspada. Apalagi, kejadian bukan di sirkuit, melainkan di jalan raya.

Yang paling utama, penabrak sedang dalam rombongan Sunmori. Sudah barang tentu kecepatan wajib diatur karena posisi konvoi. Biasanya maksimal 40 km per jam agar rombongan tidak berpencar. Mirip Presiden Jokowi naik sepeda motor custom karya anak negeri di beberapa kesempatan yang didampingi Paspampres dan pengendara lain. Kecepatannya tidak tinggi. Tertata rapi, tidak bercampur dengan pengendara lain.

Secara kasat mata, sepeda motor korban yang terseret lebih kurang lima meter dalam kasus insiden Bintaro itu menandakan laju penabrak cukup kencang.

Bahkan, posisi atau titik kecelakaan di tengah jalan. Padahal, biasanya konvoi sepeda motor dilakukan di sisi kiri jalan.

Setidaknya kasus ini perlu jadi perhatian banyak orang, khususnya peserta Sunmori. Di mana pengendara, khususnya moge, jauh lebih hati-hati dan tak boleh lengah dalam berkendara. Apalagi, fokus pengendara di pagi hari boleh jadi masih lemah.

Perlu juga peserta rombongan pengendara moge menekan egonya di jalanan. Tak jarang terjadi rombongan moge (maaf) arogan selama melibas aspal sehingga menimbulkan percekcokan atau malah perkelahian berujung urusan polisi.

Atau polisi perlu lebih tegas menenggakkan aturan berlalu lintas di jalan raya. Terlebih kepada komunitas sepeda motor yang menggelat konvoi sejenis.

Meskipun ajal hanya Allah Azza Wa Jalla yang tahu, tetapi minimal saat bersenangsenang berkendara tetap utamakan keselamatan orang lain juga. **

Tags:
sunmorkecelakaan sunmorikecelakaan lalulintaskecelakaan sunmori di bintarokawasaki er-6pengendara wanita ditabrak mogemotor gede sunmorimotor gede sunmori kecelakaan di bintaro

Reporter

Administrator

Editor