JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pandemi Covid-19 membuat pengurus masjid Baitussalam, Taman Sari, Jakarta Barat menciptakan ide menanan tanaman hidroponik di atas masjid. Hal tersebut dilakukan agar pengurus masjid tetap produktif ditengah pandemi Covid-19.
Sekretaris Kelompok Tani Masjid Baitussalam (MB) Farm Muhammad Saimun Qorib mengatakan kegiataan ini diawali saat kondisi masjid belum bisa digunakan alias lockdown lantaran kondisi pandemi Covid-19.
"Ini inisiatif pengurus masjid, jadi karena pandemi banyak yang kehilangan pekerjaan masjid di lockdown kan, akhirnya agar masjid tetap ada kegiatan tapi terbatas para pengurus berinisiatif membuat kegiatatan hidroponik," ujarnya dihubungi Kamis (29/7/2021)
Kemudian kelompok tani masjid menyulap bagian atap masjid seluas 200 meter persegi menjadi sebuah untuk dikelola menjadi budidaya tanaman hidroponik.
Qorib menceritakan, para pengurus masjid awalnya tidak punya pengetahuan soal tata cara menanam tanaman hidroponik. Tapi mereka berinisiatif dan belajar dengan cara mempelajari cara penanaman lewat youtube dan google.
Qorib sendiri merupakan pegawai di Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (Sudin KPKP) Jakarta Barat. Dirinya pun menjembatan para pengurus masjid kepada instansinya agar mendapatkan bimbingan, kemudian terbentuklah kelompok tani MB Farm.
Selamana mendapatkan arahan dan bimbingan, kelompok tani tersebut kerap diberikan bantuan berupa pelatihan, fasilitas alat bercocok tanam hingga bibit dan vitamin.
Adapun, selama terbentuknya MB Farm, kelompok tani yang terdiri dari DKM masjid tersebut menanam tanaman sayudan hidroponik seperti sawi, pakcoy, kangkung dan bayam.
Hasil tanaman sayur-sayuran tersebut kemudian ditawarkan kepada warga sekitar hingga dipromosikan ke beberapa instansi.
"Kita promosi di berbagai instansi seperti di Kelurahan dan Kecamatan. Kita perkenalkan juga ke orang per orang, ada juga yang tiba-tiba datang beli di kita," ungkapnya.
Qorib menjelaskan, sistem panen sayur-sayuran sendiri tidak menentu lantaran proses penanaman tidak dilakukan secara bersamaan. Harga jualnya cukup murah, hanya dipatok harga Rp10 ribuan perkilogramnya.
Dalam sekali panen, satu jenis sayuran dapat menghasilkan kurang lebih 30 kilogram. Jadi untuk sekali jual, bisa menghasilkan Rp300 ribu.
Nantinya, kata Qorib, laba dari keuntungan hasil penjualan sayuran tersebut digunakan untuk kebutuhan tanaman, membayar infaq dan kebutuhan masing-masing anggota kelompok tani.
Qorib sangat mengapresiasi dengan kegiatan ini karena dianggap menciptakan lapangan kerja baru dan mempermudah masyarakat sekitar mendapatkan sayur-sayuran.
Dia pun berharap banyak pihak yang mengikuti jejak kelompok taninya untuk berbudidaya tanaman hidroponik di rumah masing-masing.
"Mudah kok berbudidaya hidroponik, hanya butuh lahan seadanya, sinar matahari cukup, air kualitas baik dan ketersediaan listrik yang cukup," tutupnya. (CR01)..