Padahal, justru sayur lodeh itu makin lama semakin legit. Ini menu mahasiswa miskin ketika masak sendiri. Pagi dimasak, sore dinget (dipanasi), esok paginya masih ketemu sayur lodeh lagi, begitu pula siangnya.
Busyet deh! Tapi karena alasan selingan, menu sayur lodeh ditinggalkan, lalu mencari tongseng, kadang gudeg dan bisa pula sambel tumpang. Yang penting pindah-pindah tumpangan untuk membunuh kejenuhan.
Hobi “kuliner” Johandi tersebut lama-lama tercium oleh istrinya. Tentu saja Amelia sakit hati dan protes. Tapi tak pernah digubris. Ibarat pesan di WA, hanya dapat tanda centang hijau doang, tapi tak pernah dijawab atau ditindak lanjuti.
Gara-gara itulah Amelia jadi bergaya macam penyanyi Betaria Sonatha, “Kembalikan saja pada ayah ibuku, wo uwoooo.....!”
Tapi Johandi tetap tak peduli. Dia baru benar-benar jengkel ketika di tempat tidur pun Amelia meningkatkan tuntutannya, “Ceraikan saja aku!” Nah, di sinilah Johandi mulai naik pitam.
Bukankah ada hadits Nabi yang mengatakan, “Cerai adalah perbuatan halal yang dibenci Allah Swt.”
Tak tahan saban malam Amelia menuntut cerai, Johandi lalu ambil parang dan dibacokkan ke tubuh istrinya. Tentu saja Amelia ambruk mandi darah dan wasalam.
Setelah cuci tangan Johandi mendatangi Polsek Rumbai Pesisir untuk menyerahkan diri. Dihukum berapa tahun pun siap menjalani.
Negara masih pusing mikir Covid-19, Johandi malah tambah bikin masalah. (gts)