Alumni Undip, Ranny Ramadhani Meraih Penghargaan Bergengsi 'Women in Conservation' Atas Pelestarian Spesies Hiu dan Pari

Minggu 18 Jul 2021, 08:32 WIB
Ranny Ramadhani ketika santai dan saat menyelam mendekati sejumlah ikan pari. (Humas Undip)

Ranny Ramadhani ketika santai dan saat menyelam mendekati sejumlah ikan pari. (Humas Undip)

SEMARANG, JATENG.POSKOTA.CO.ID - Bekerja di WWF Indonesia sejak akhir 2013, membuat Ranny Ramadhani memiliki banyak pengalaman di bidangnya, ia patut berbangga diri, sebab berkat kecintaan dan konsistensi menjaga kelestarian laut telah telah mengantarkannya mendapatkan penghargaan Women in Conservation versi Dive Magazine dari Pemerintah Indonesia dalam konservasi ikan hiu dan pari.

Rani mulai kepincut dengan dunia laut sejak dirinya duduk di bangku kuliah Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, pada tahun 2009.

Mengambil Program Ilmu Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip mengantarkan perempuan kelahiran Cilacap 20 Maret 1991 itu menorehkan prestasi gemilang.

"Saat ini saya menjadi anggota WWF Indonesia pada Progam Kelautan dan Perikanan di Indonesia, khususnya mengkoordinasi Spesialis Konservasi Hiu dan Pari," kata Ranny, Kamis (15/7/2021).

Mahasiswi Program Studi Magister (S2) Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Udayana (Bali) mengaku, telah bekerja dalam isu spesies laut (marine species) terutama Marine Megafauna seperti Hiu dan Pari kurang lebih sembilan tahun.

Pengalaman dan kekaguman akan kekayaan alam khususnya di laut ini terasa saat perempuan alumni SMA N 2 Tangerang bergabung dengan Marine Diving Club (MDC) angkatan XVII sejak tahun 2010.

"Setelah itu, saya bereksplorasi menyelam di banyak perairan dalam dan luar negara Indonesia dengan setidaknya >450 logs dive dengan level Advance OW PADI. Dalam memulai karier, saya ditempatkan di area yang cukup terpencil di Raja Ampat (Papua Barat) untuk mengedukasi anak-anak terkait dengan pentingnya mencintai dan merawat terumbu karang dan Hiu di lautan,” kata Ranny.

Kelola Hiu-Pari

Atas kecintaan dan merawat spesies di lautan itu, perempuan yang masih berusia 20 tahun ini pernah dinobatkan menjadi Manta Ambassador untuk mendukung adanya riset berkala pari manta di Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur 2013.

Sejak itu Ranny terus konsisten dalam mendukung pemerintah dalam pengelolaan Hiu dan Pari yang berkelanjutan. Ia juga terus berinovasi dalam pengembangan teknologi mitigasi bycatch spesies laut dengan tujuan meningkatkan keloloshidupan (survival rate) spesies-spesies tersebut yang tertangkap tidak sengaja (bycatch).

Selain itu dukungan terhadap beberapa riset daya dukung wisata penyelaman di kawasan perlindungan laut dan berperan dalam kampanye dalam penurunan konsumsi hiu di WWF Indonesia yang dikenal dengan #SOSharks Campaign.

"Sebagai alumni Undip, saya sangat bangga. Banyak ilmu tentang kelautan yang saya peroleh di kampus. Bagi saya kesuksesan adalah dapat membagi ilmu seluas-luasnya dan dapat berperan untuk me-“mainstreaming”kan spesies laut terutama Hiu dan Pari di Indonesia," papar perempuan alumni SMP N 1 Tangerang.

Selain itu, dirinya juga terlibat dalam penelitian atau riset tentang dunia kelautan.

Seperti dalam program konservasi Hiu-Pari lebih dari 60 mahasiswa dalam jangka waktu 2014 hingga sekarang sudah terlibat dalam penelitian dan program Hiu-Pari di Indonesia bagian Barat hingga Timur yang berkontribusi pada publikasi seperti skripsi, tesis dan jurnal di 22 Universitas di Indonesia serta bersumbangsih dalam upaya ketersediaan dan keakurasian data di tingkat nasional.

Ranny juga terus berperan penuh terhadap inisiasi pelaksanaan simposium Hiu-Pari Indonesia pada 2015, 2018 dan 2021.

Tercatat kurang lebih 350 riset nasional dan regional yang telah dipresentasikan dari biologi-ekologi, sosial-ekonomi dan pengelolaan-konservasi.

Serta aktif dalam Threatened Species Working Grop (TSWG) CTI-CFF yang melingkupi enam negara di area segitiga terumbu karang dunia. 

Selama kariernya, perempuan yang sudah menjadi member Shark Specialist Group (SSG) Asia (sebelumnya hanya Asia Tenggara) International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada tahun 2016 ini mendapatkan penghargaan sebagai Women in Conservation di Dive Magazine yang bermarkas di London dan WWF-Singapore dalam isu penyelamatan spesies terutama Pari Manta (manta rescue issue) dan spesies laut lainnya. 

"Seneng banget ini merupakan penghargaan yang luar biasa dalam karir saya. Tidak mudah mendapatkan penghargaan yang diinisiasi  dari luar negeri ini," ucap Ranny yang juga pernah magang di Spesies Endagered, Thretened and Protected (ETP) Jawa Timur, Maluku hingga Dobo-Kepulauan Aru.

Apa saran buat para mahasiswa Undip di tengah pandemi Covid-19 ini? Ranny berharap agar mahasiswa intens membuka laman Linkedin, terus perbanyak networking atau jaringan dari semua lini baik itu pemerintahan, akademisi, NGO/LSM, dan swasta. (aji)
 

Berita Terkait

News Update