JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pandemi memberi tekanan baru dan tak terduga lantaran masyarakat dihadapkan pada situasi yang tidak pasti. Oleh karena itu perlu resiliensi yang tinggi untuk menghadapinya.
Apa itu resiliensi?
Resiliensi adalah daya lenting atau kemampuan seseorang untuk mengatasi sebuah kesulitan atau masalah.
Berdasarkan penelitian berjudul Relisiensi Orang Indonesia disebutkan bahwa tingkat resiliensi orang Indonesia tergolong rendah selama fase pandemi Covid-19.
Penelitian ini dilakukan oleh Rocky A. C. Hatibie, S.Psi, Psikolog, Dr. Bagus Takwin, S.Psi., M.Hum., Psikolog, Dr. Dyah Triarini Indirasari, S.Psi., M.A., Psikolog, Tommy Hariman Siddiq, S.Psi., M.M., Psikolog, Linawaty Mustopoh, S.Psi., Psikolog, Isdar Andre Marwan, S.Psi., Psikolog.
Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Bagus Bakwin mengungkapkan yang membuat orang merasa terpukul yakni bukan karena menderita menghadapi pandemi.
Namun karena kehilangan hal-hal positif. Selain itu, kesempatan meraih kesenangan juga ikut hilang.
Akibatnya kepuasan terhadap diri sendiri, pekerjaan, kesehatan, lingkungan sosial juga menurun.
"Kepuasan terhadap diri sendiri menurun, kepuasan terhadap pekerjaan menurun, kepuasan kesehatan, lingkungan sosial terhambat, itulah yang membuat rendahnya resiliensi," ujar Bagus Bakwin dalam presentasi penelitian Resiliensi Orang Indonesia, rangkaian acara Dies Natalis Fakultas Psikologi secara virtual, belum lama ini.
Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa resiliensi ini bukanlah sesuatu yang didapatkan dari lahir. Melainkan kapasitas yang bisa diolah dan dibangun oleh diri sendiri.
Lalu bagaimana cara membangun resiliensi seseorang. Secara garis besar ada empat tindakan yang perlu diperhatikan untuk membangun resiliensi.
1. Lakukan Aktifitas Fisik
Salah satu cara untuk meningkatkan resiliensi ini ialah dengan melalui aktifitas fisik seperti olahraga. Sebagaimana Kita tahu dengan berolahraga hormon endorfin akan naik.
Hal tersebut terbukti dapat meningkatkan perasaan senang pada seseorang. Sehingga rasa stress yang ditimbulkan dari suatu masalah dapat terolah, resiliensi pun meningkat.
"Saya kira aktifitas fisik olah-raga, mengeluarkan hormon endorphin yang baik," terangnya.
2. Olah Mental
Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengolah mental, salah satunya adalah dengan melalukan meditasi.
Atau menyalurkan perasaan dengan menulis buku harian, mendengarkan musik, atau membaca.
"Lebih tenang, teratur. Jangan berpikir kemana-mana. Membuat kita bertahan pada stress. Bisa membantu kita untuk menguatkan diri," lanjut Bagus Bakwin.
3. Salurkan Hobi
Lakukan hal-hal yang disukai, ini juga penting untuk membangun resiliensi. Misalanya menari, menyanyi, memasak, membuat kue atau merajut.
Bisa juga dengan membersihkan sepatu, mengatur sikat gigi, membuat bubble bersama anak-anak.
Memberi pilihan terhadap diri sendiri untuk tidak membuang banyak waktu berpikir yang tidak sehat.
4. Saling dukung
Mengembangkan sistem dukungan sosial. Resiliensi tidak seharusnya dibuat dengan satu sistem, tapi berbagai sistem.
Dari sistem itu, berinteraksi satu sama lain adalah salah satu yang terpenting. Meskipun di rumah, jangan membuat diri sampai benar-benar terisolasi.
Berbicara pada ayah, ibu, sahabat, bisa menjadi bagian dari caranya. (cr07)