AKHIR–akhir ini masyarakat mudah sekali termakan propaganda obat penyembuh Covid-19. Mereka percaya begitu saja bahwa obat tersebut manjur menyembuhkan penyakit yang menakutkan itu. Padahal itu hanyalah sugesti saja.
Ketika ramai diberitakan ivermectin mampu menekan angka kematian akibat virus corona yang melanda India, buru-buru Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan bahwa obat tersebut bisa untuk mengobati Covid-19. Ia meminta perusahaan yang membuat obat tersebut untuk menggenjot produksi.
Padahal BPOM (Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan) belum mengasih sinyal bahwa ivermectin bisa untuk mengobati virus corona. Ivermectin sejatinya adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati pasien yang mengalami cacingan.
Masyarakat pun sudah kadung termakan propaganda. Mereka berbondong-bondong membeli ivermectin. Otomatis harga langsung terkerek. Yang biasanya per tablet hanya Rp7000 naik berlipat-lipat.
Apalagi ada ‘bumbu-bumbu’ salah satu petinggi partai selama empat bulan rutin mengkonsumsi obat tersebut untuk mencegah terpapar Covid-19, masyarakat makin percaya meski sudah dibantah oleh petinggi partai tersebut.
Selain itu masyarakat percaya dengan khasiat kelapa hijau yang dicampur dengan jeruk peras plus madu bisa untuk mengobati Covid-19. Karuan saja harga kelapa hijau yang tadinya cuma Rp10 ribu per butir naik menjadi Rp20 ribu. Padahal khasiatnya tidak seperti yang diharapkan untuk mengobati maupun mencegah Covid-19.
Masyarakat kita memang gampang termakan isu yang belum tentu kebenarannya. Baru-baru ini saja beredar video masyarakat berbondong-bondong memborong (panic buying) susu kaleng yang diyakini bisa meningkatkan imun dalam perang melawan Corona.
Hal ini kemungkinan hasil dari informasi yang tidak terverifikasi yang beredar dalam beberapa hari terakhir yang menyebutkan susu kaleng steril tersebut meningkatkan produksi antibodi peminum yang dapat mencegah infeksi Covid-19.
Harga per kaleng yang tadinya cuma Rp10 ribu dalam tempo dua hari sudah berubah menjadi Rp15 ribu. Apakah ini strategi dari perusahaan susu kaleng tersebut untuk mendongkrak penjualannya?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sudah angkat bicara bahwa susu itu tidak dapat secara langsung membunuh virus corona di dalam tubuh. Pada dasarnya susu tersebut memberikan nutrisi yang sama dengan susu pada umumnya.
Ada beberapa alasan kenapa orang mudah termakan kampanye ‘obat Covid-19’. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebutkan buruknya politik manajemen penanganan wabah oleh pemerintah sejak awal.
Pada awal pandemi, pejabat publik tidak memberikan contoh yang baik dalam menghadapi Covid-19. Sebut saja ada istilah ‘nasi kucing’ yang membuat Indonesia kebal dari virus tersebut yang diucapkan oleh satu petinggi negara.
Kurangnya literasi kepada masyarakat terkait produk obat-obatan selama pandemi . Harusnya dengan adanya literasi dari pemerintah masyarakat tahu bahwa produk obat, jamu tradisional dan herbal yang diiklankan adalah bohong dan tidak bisa menyembuhkan.
Hal lain maraknya klaim obat bermunculan untuk penyembuhan Covid-19 berkaitan dengan aspek psikologis konsumen. Masyarakat menjadi takut terinfeksi karena hingga kini belum ada vaksin yang mujarab buat penyembuhan. Banyak masyarakat mencari jalan ke luar untuk membuat obat dan melakukan pengobatan sendiri.
Dalam situasi mengganasnya penyebaran Covid-19 ini kita harus tetap mengedepankan akal sehat. Ikuti saja apa yang dikatakan oleh dokter saat kita terpapar . Jangan sampai akal sehat dikalahkan oleh yang di luar nalar.