PAK RT biasanya menggerebek warga yang berbuat mesum. Tapi di NTB justru RT Haimin (40) yang digerebek warga karena ndekemi bini orang. Bukannya merasa bersalah, justru galakan Pak RT. Warga jadi emosi dan kasih “tanda tangan” beramai-ramai sampai Haimin babak belur.
Pak RT itu aparat Kementrian Dalam Negri paling rendah, non PNS dan bekerja tanpa gaji. Sesuai dengan namanya Pak RT diharapkan bisa bikin rukun antartetangga sekalian melayani administrasi warga yang ada urusan dengan Pak Lurah/Kades. Tapi karena RT itu juga manusia pada umumnya, sehingga tentu saja punya nafsu makan dan nafsu syahwat, sehingga bisa saja Pak RT ada skandal dengan warganya sendiri.
RT Haimin di Manggenae Dompu NTB juga seperti itu. Gara-gara dia melayani tanda tangan untuk urusan ke Pak Kades, dia jadi kenal akrab sama Ny. Nafisah (30). Selesai urusan administrasi ke Kades, hubungan mereka terus berlanjut. Rupanya Nafisah juga memberi angin, sehingga RT Haimin berani datang ke rumah ketika suami tak ada di tempat.
Awalnya masih bertamu biasa, maksudnya dilayani di ruang tamu. Tapi ketika
situasi sangat kondusif, Nafisah berani menemui di dalam kamar. Jika dalam kamar hanya berdua-dua saja, urusannya bukan lagi tanda tangan, tapi justru tangan Pak RT yang ke mana-mana, ke daerah yang nyempil-nyempil dan musykil.
Lantaran Ny. Nafisah memberi pelayanan paripurna, Pak RT jadi ketagihan. Asal
situasinya mantap terkendali Haimin menyelinap ke rumah bini tetangganya itu. Sampai kemudian anak tirinya memergoki. Diam-diam si anak masuk lewat pintu belakang. Tapi rupanya ketahuan oleh Nafisah-Haimin, sehingga dihajar dan kemudian lari keluar dan memberi tahu warga bahwa Pak RT ndekemi bini orang,
“Pak RT keluar, kasih contoh yang baik sama warganya dong!” kata seorang warga. Celakanya, Pak RT bukannya merasa bersalah, justru merasa kenikmatannya terganggu. Dia keluar untuk mengomeli warga yang menggerebeknya. Tentu saja warga jadi emosi dan mengeroyoknya. Di sinilah ironisnya. Pak RT biasanya kasih tanda tangan pada warganya, malam itu justru dikasih “tanda tangan” oleh warga berupa pukulan ramai-ramai.
Untung saja polisi segera turu tangan, sehingga RT Haimin dan Nafisah hanya babak belur tanpa harus wasalam gara-gara diamuk warga. Keduanya dilarikan ke rumah sakit, sementara warga yang mengeroyoknya dimintai keterangan. “Dipergoki bukannya merasa bersalah, malah menantang,” kata warga.
Maklum, Pak RT sedang ketanggungan. (gts)