Masyarakat diimbau untuk disiplin memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak hindari kerumunan untuk mencegah penularan Covid-19. (foto: ilustrasi/freepik)

Opini

Masker

Sabtu 19 Jun 2021, 06:00 WIB

Oleh: Tatang Suherman, Wartawan Poskota  

Tanggal 2 Maret tahun 2020, atau 15 bulan lalu, presiden Jokowi resmi mengumumkan pasien positif COVID-19 pertama di Indonesia.

Tak lama dari itu, tepatnya 11 Maret 2020, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kepala World Health Organization (WHO) mengumumkan munculnya kasus positif covid-19 di Indonesia, dan WHO menetapkan sebagai pandemi. 

Karena begitu mendadak datangnya, masyarakat di Indonesia maupun dunia, belum benar-benar siap menghadapi  virus corona. Ketidaksiapan menghadapi pandemi ini  terlihat dari morat-maritnya antisipasii terhadap gejolak covid yang hampir merata di seluruh Indonesia. 

Dalam kondisi panik, muncul masalah masker yang sempat menjadi perbincangan pelik. Masker sangat langka. WHO pun menyarankan bahwa prioritas penggunaan masker medis adalah yang berisiko tinggi yakni petugas kesehatan.

Imbas kelangkaan masker, CDC dan WHO mengimbau masyarakat menggunakan masker kain. 

Protes sempat bermunculan. Tetapi George Rutherford, MD epidemolog University of California San Fransisco (UCSF) meminta agar masyarakat dunia memaklumi mengingat terbatasnya persediaan masker. 

Saat masker kain ngehits, jenis masker scuba paling banyak diminati. Cukup beralasan lantaran bahannya yang tipis sehingga membuat pemakainya lebih ‘lega’ bernapas.

Karena terjadi pro kontra di balik penggunaan masker scuba, kemudian keluarlah  larangan mengenakan jenis masker ini terutama para pengguna KRL.

Sekarang masker melimpah. Satu pax masker ada yang Rp 13.000. Artinya masker sudah tidak jadi masalah. Yang menjadi masalah adalah kedisiplinan masyarakat untuk menggunakan masker.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat telah membuktikan bahwa pemakaian masker merupakan cara paling efektif untuk mencegah penularan virus corona atau Covid-19.

Orang yang tidak sadar bahwa dirinya positif corona bisa saja menulari orang lain tanpa sengaja ketika berinteraksi tanpa masker. Satu tetesan (droplet) cairan bisa menjadi penyebab orang lain terkena Covid-19.

Beberapa pekan ini, virus berbahaya corona lagi ganas-ganasnya. Jumlah yang meninggal juga terus bertambah. Ambulan berisi jenazah antre di tempat pemakaman. Oleh karena itu, masyarakat harus berjuang bersama sama memerangi covid-19 dengan cara mendisiplinkan diri menjalani prokes. 

Masker sebagai salah satu pencegah harus jadi kewajiban ke mana pun kita pergi. Jaga diri kita dari pertemuan dengan jumlah orang yang cukup banyak. Disiplin pakai masker perlu dimasipkan di kalangan masyarakat. (*)

Tags:
Sorotmaskerpandemi covid-19who

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor