Bukan mengada-ada, bukan asal berkomentar, bukan pula asal bunyi untuk kepentingan pribadinya demi pencitraan diri.
Jika dia seorang pengamat tentu akan mengedepankan netralitas dan objektivitasnya, dengan sudut pandang keilmuannya, kepakarannya dan keahliannya. Sejauh mungkin menghindari adanya “pesan sponsor”.
Jika dia seorang wakil rakyat, pasti akan menyuarakan kepentingan rakyat, demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Bukan mengemas seolah kepentingan rakyat, tetapi untuk memenuhi kehendak pejabat, lebih-lebih keuntungan kerabat.
Jika dia pejabat, tentu pernyataan yang menyejukkan, bukan memanaskan situasi. Menentramkan, bukan membingungkan. Makin memberi keyakinan, bukan menambah keraguan. Membangun optimisme, bukan pesimisme. Memecahkan masalah, bukan malah membuat susah karena menambah masalah.
Mari kita ciptakan suasana yang sejuk dan nyaman dengan menjauhkan diri dari “waton ngomong” menjadi “ngomong sing gawe waton” dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana ajaran para leluhur yang termanifestasikan dalam pedoman dan falsafah bangsa kita. (*)