Logo Suara Kebangsaan

Opini

Percaya Diri

Sabtu 05 Jun 2021, 09:16 WIB

Oleh: Hasto Kristiyanto

BULAN Juni diperingati sebagai Bulan Bung Karno. Hal ini tidak terlepas dari beberapa hal penting yang berkaitan dengan Bung Karno terjadi pada bulan Juni.

Pidato Lahirnya Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni; Lahirnya Bung Karno setiap tanggal 6 Juni; dan wafatnya Bung Karno setiap tanggal 21 Juni.

Makna apa yang bisa diambil dari bulan Bung Karno tersebut?

Pertama, bahwa gagasan Indonesia Merdeka secara konseptual diramu dengan sangat baik oleh Bung Karno melalui perjuangan mengorganisir rakyat dengan membentuk Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung, yang kemudian pada kongresnya yang pertama di Surabaya (27-30 Mei 1928) berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia.

 

Presiden RI pertama Ir Soekarno. (gambar: poskota/ilustrasi)

PNI menjadi model perjuangan memeroleh kemerdekaan dengan prinsip non-koperasi dan bersemboyan Merdeka Sekarang Juga!

Asas perjuangan menempatkan perjuangan rakyat tertindas, kaum Marhaen, melawan tata pergaulan yang menghisap yang menciptakan kemelaratan, kemiskinan, dan kebodohan serta ketidakadilan.

Melalui PNI Bung Karno menggerakkan seluruh kekuatan kolektif Partai untuk mendidik rakyat, membangun kesadaran rakyat, dan juga meletakkan asas, prinsip, strategi, dan taktik perjuangan bagi kemerdekaan Indonesia. 

Kedua, di dalam proses mengorganisir rakyat, Bung Karno terus menunjukkan kepemimpinan intelektualnya, dengan menjadikan buku sebagai bagian dari dialektika pemikirannya untuk terus mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Buku adalah jendela dunia dan sekaligus kawan yang paling setia bagi perumusan seluruh konsepsi Indonesia Merdeka. Ketiga, mental spiriritual dibangun.

Bahwa hasrat merdeka muncul penuh dengan nilai spiritualitas ketuhanan.

Upaya pembebasan merupakan kehendak yang paling hakiki sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Dengan nilai ketuhanan yang dibumikan pada watak kemanusiaanya, Bung Karno mengajarkan pentingnya semangat pembebasan.

“Jangankan manusia, cacing pun tentu bergerak berkeluget-keluget kalau merasakan sakit”, ujar Bung Karno berulang kali.

Keempat, pentingnya rasa percaya diri sebagai bangsa besar.

Keseluruhan rekam jejak sejarah keemasan bangsa digali menjadi landasan mental mengapa bangsa Indonesia harus memiliki rasa percaya diri karena sejarah membuktikan pengaruh nusantara yang begitu besar bagi peradaban dunia, baik melalui Sriwijaja, Majapahit, maupun Nusantara sebagai jalur rempah dunia.

Kelima, pentingnya daya imajinasi tentang masa depan. Bung Karno sosok yang paling getol melakukan sintesa antara peradaban dunia, peradaban nusantara, dengan kondisi kekinian bangsa.

Dari proses itu lahir daya imajimasi kepemimpinan Indonesia bagi dunia. ide dan imajinasj ini sangat penting karena melahirkan spirit, daya juang, dan tekad serta tindakan untuk mewujudkannya.

Contoh dari ide dan imajinasi tersebut adalah kreasi politik luar negeri bebas aktif yang melahirkan Konferensi Asia Afrika, Gerakan Non Blok, Conference of the New Emerging Forces (CONEFO), dan Konferensi Anti Pangkalan Militer Asing, serta rencana Konferensi Trikontinental yang belum jadi terlaksana.

Dalam semua forum dunia tersebut, Indonesia menjadi pelopor, pemimpin dan penggerak. Semuanya diabdikan bagi kepentingan nasional Indonesia.

Hasilnya, wilayah Indonesia naik 2.5 kali lipat tanpa perang pasca Deklarasi Djuanda;

Irian Barat kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi dan Angkatan Perang Indonesia sangat disegani, terkuat di bawah khatulistiwa serta desain masa depan melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana. 

Dengan berbagai capaian di atas, apa korelasi dengan kekinian terhadap seluruh spirit yang bisa diambil dari perjuangan Bung Karno?

Kepeloporan Bung Karno selalu menampakkan ciri yang menonjol tentang pentingnya modernitas. Jalan membangun bangsa dengan cara yang modern, melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jalan modern guna membangun mentalitas progresif untuk menjebol berbagai hambatan kemajuan. Jalan modern yang menempatkan amal ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan, keadilan, perdamaian dunia, dan pembebasan kaum tertindas. 

Dalam jalan modern yang dibangun Bung Karno selalu memadukan dengan karakter bangsa sendiri atas rasa percaya diri untuk berani meletakkan nasib bangsa sendiri.

Contoh sederhana, betapa hebatnya bangsa Indonesia bercita-cita berdaulat di bidang pangan.

Dengannya kita kirim ke luar negeri, putra-putri terbaik untuk belajar teknologi pembenihan, rekayasa genetik, teknologi pangan, peralatan mekanisasi pertanian dan berbagai ilmu lainnya yang menunjang keunggulan di bidang pangan.

Namun ilmu tersebut baru memiliki daya unggul dan daya guna, apabila diterapkan untuk mengolah pangan yang dihasilkan rakyat Indonesia seperti ketela, pirang, talas, sukun, pisang, sagu dan lain sebaginya.

Dengan demikian ukuran kemajuan suatu bangsa, kalau Indonesia mencapai tahap berdaulat di bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Kuncinya adalah mentalitet berdikari yang lahir sebagai cermin dari rasa percaya diri. Dengan rasa percaya diri ini, seluruh anak bangsa menatap masa depan dengan energi positif.

Kesemuanya berjuang bagi kemajuan masa depan.

Kesemuanya wajib mendorong mantra modernitas melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kedepankan riset dan inovasi, dalam seluruh gerak anak bangsa yang membumi. 

Dengan rasa percaya diri itulah maka anak bangsa berimajinasi, merumuskan ide dan gagasan tentang masa depan, lalu bertanggung jawab untuk mewujudkannya dengan perjuangan.

Rasa percaya dirilah yang membuat energi bangsa ini tergerak untuk mendorong kemajuan di seluruh lini kehidupan, khususnya yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak: pangan, kesehatan, perumahaan, pekerjaan yang layak, dan perikehidupan yang membahagiakan lahir dan batin.(*)

Tags:
Percaya Dirihasto kristiyantosekjen pdippancasila dasar negara

Administrator

Reporter

Administrator

Editor