Pada saat bersamaan, organisasi modern tsb mampu membuktikan bahwa rakyat yang sadar, diorganisir, dan dipimpin arah pergerakannya menjadi kekuatan yang maha dahyat.
Betapa hebatnya api kebangkitan itu, sehingga 20 tahun kemudian, setelah kesadaran tsb meresapi seluruh jiwa pemuda di seluruh Nusantara, lahirlah suatu ikrar Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak kesadaran terhadap Indonesia yang bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Api semangat pembebasan itulah yang oleh Bung Karno disebut sebagai kebangkitan nasional. Itulah kebangkitan mentalitas terjajah menjadi mental perjuangan yang memerdekakan. Itulah wadah yang begitu hidup bagi kuatnya semangat kebangsaan bagi Indonesia yang satu, tanpa membeda-bedakan suku, agama, jenis kelamin, status sosial dan berbagai atribut pembeda lainnya.
Semua sadar bahwa persatuan bangsa di atas segalanya. Persatuan yang berbhinneka tunggal ika. Kini 113 tahun kemudian kepeloporan mahasiswa Stovia terus bergelora. Api semangat tidak akan pernah padam meski Indonesia dihadapkan dengan radikalisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, dan khilafahisme.
Rasa perikemanusiaan anak negeri, meski sering terkoyak akibat bom bunuh diri yang digerakkan oleh ideologi kegelapan, tetap terus bersinar. Bom bunuh diri anti kemanusiaan. Dalam pertarungan ideologi tsb, Pancasila tetaplah jalan terbaik. Pancasila sebagai jiwa bangsa, pemersatu, falsafah hidup, dan sekaligus cara pandang agar Indonesia menjadi pemimpin diantara bangsabangsa.
Tidak berlebihan dikatakan bahwa Pancasilalah puncak peradaban ideologi dunia. Dengan memahami keseluruhan makna filosofis terhadap sila-sila Pancasila: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan-kebangsaan, musyawarah, dan keadilan sosial sebagaimana disampaikan oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, maka kita pun bisa melihat relevansi kehadiran Budi Utomo dalam perspektif kelima sila tersebut.
Dalam sila kemanusiaan misalnya. Para dokter muda tsb terus membuka rasa kemanusiaannya, dan memikirkan betapa menderitanya rakyat akibat penjajahan. Pengenalan mereka terhadap ilmu kedokteran semakin mengasah rasa perikemanusiaan tsb; merasakan dahyatnya ketidak adilan; dan terbangunlah suatu gugatan, bukankah setiap insan manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa?
Lalu mengapa ada penjajahan di muka bumi? Dari situlah mereka bermusyawarah dan lahirlah Budi Utomo sebagai benih-benih pentingnya persatuan bangsa senasib sepenanggungan.
Merenungkan Hari Kebangkitan Naisonal ternyata mampu melahirkan semangat bahwa Indonesia bangkit sebagai suatu keharusan. Indonesia bangkit adalah karakter bangsa, suatu energi kepeloporan melawan berbagai bentuk rintangan bagi kemajuan.
Indonesia bangkit adalah spirit bagi kejayaan dan kepemimpinan Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia. Syaratnya, kokoh pada Pancasila, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Cerdaskanlah kehidupan bangsa, kedepankan riset dan inovasi, dan jadilah bangsa yang mampu berdiri di atas kaki sendiri. (*)