Logo Suara Kebangsaan

Opini

Indonesia Bangkit

Sabtu 22 Mei 2021, 04:29 WIB

Oleh: Hasto Kristiyanto

PERINGATAN Hari Kebangkitan Nasional tahun 2021 nampak berbeda. Dari Yogyakarta bergema perintah Sri Sultan Hamengkubuwono X yang mewajibkan lagu Kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan setiap hari pada jam 10:00.

Beberapa mahasiswa dan pemuda, mendatangi Sekolah Kedokteran Stovia untuk menyaksikan, merenungkan, dan sekaligus mendapatkan saripati semangat tentang kepeloporan mahasiwa kedokteran yang tergabung dalam Boedi Oetomo seperti dr Soetomo; dr Wahidin Sudirohusodo; Soeradji; dan Gunawan Mangoen Kusumo.

Pertanyaaannya, mengapa para mahasiswa kedokteran pada alam penjajahan tsb tergerak hati dan pikirannya guna memerjuangkan gagasan Indonesia merdeka? Mengapa Bung Karno menjadikan peristiwa tersebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional?

Apa makna yang bisa diambil dari Kebangkitan nasional dan apa relevansi dengan situasi kekinian? Bung Karno, menempatkan Kebangkitan Nasional sebagai milestone yang sangat penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Apa yang digagas Budi Utomo tidak hanya perubahan fundamental terhadap cara, metode, dan sekaligus perubahan alam pikir tentang bagaimana Indonesia Merdeka. Lebih jauh dari itu, Budi Utomo telah memelopori tentang pentingnya pendidikan politik bagi rakyat; tentang pentingnya membangun kesadaran rakyat, mengapa Indonesia harus merdeka.

Budi Utomo juga berhasil merubah cara berpikir “menerima nasib” sebagai bangsa terjajah, menjadi cara berpikir progresif bahwa Indonesia bisa merdeka! Disiniliah syarat pokok tentang pentingnya membangun wadah perjuangan melalui organisasi modern diletakkan.

Budi Utomo pun memulai tradisi baru: mengorganisir kekuatan rakyat, dan pada saat bersamaan aktif melakukan penyadaran, menumbuhkan semangat kebangsaan tentang makna perasaan senasib sebagai bangsa terjajah.

Kepeloporan Budi Utomo juga menginspirasi Bung Karno, sosok pemuda progresif-revolusioner yang meneriakkan slogan “Merdeka Sekarang dan sekarang” melalui prinsip noncooperation. Sebab alam penjajahan telah mengerdilkan mental dan daya juang rakyat.

Alam penjajahan juga menyebabkan kebodohan, kemiskinan, dan berbagai penindasan, sehingga harus diubah secara revolusioner. Perubahan revokusioner hanya bisa terjadi apabila kesadaran kolektif dibangun. Disinilah Budi Utomo dalam penilaian Bung Karno hadir sebagai obor yang menggelorakan semangat pembebasan tersebut.

Budi Utomo adalah harapan bahwa Indonesia bisa bangkit dari berbagai belenggu penjajahan yang sudah berlangsung ratusan tahun. Sejarahpun mencatat bagaimana Budi Utomo yang lahir pada tanggal 20 Mei 1908 tidak hanya memancarkan api kebangkitan.

Ilustrasi Bung Karno Hari Kebangkitan Nasional

Pada saat bersamaan, organisasi modern tsb mampu membuktikan bahwa rakyat yang sadar, diorganisir, dan dipimpin arah pergerakannya menjadi kekuatan yang maha dahyat.

Betapa hebatnya api kebangkitan itu, sehingga 20 tahun kemudian, setelah kesadaran tsb meresapi seluruh jiwa pemuda di seluruh Nusantara, lahirlah suatu ikrar Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak kesadaran terhadap Indonesia yang bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Api semangat pembebasan itulah yang oleh Bung Karno disebut sebagai kebangkitan nasional. Itulah kebangkitan mentalitas terjajah menjadi mental perjuangan yang memerdekakan. Itulah wadah yang begitu hidup bagi kuatnya semangat kebangsaan bagi Indonesia yang satu, tanpa membeda-bedakan suku, agama, jenis kelamin, status sosial dan berbagai atribut pembeda lainnya.

Semua sadar bahwa persatuan bangsa di atas segalanya. Persatuan yang berbhinneka tunggal ika. Kini 113 tahun kemudian kepeloporan mahasiswa Stovia terus bergelora. Api semangat tidak akan pernah padam meski Indonesia dihadapkan dengan radikalisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme, dan khilafahisme.

Rasa perikemanusiaan anak negeri, meski sering terkoyak akibat bom bunuh diri yang digerakkan oleh ideologi kegelapan, tetap terus bersinar. Bom bunuh diri anti kemanusiaan. Dalam pertarungan ideologi tsb, Pancasila tetaplah jalan terbaik. Pancasila sebagai jiwa bangsa, pemersatu, falsafah hidup, dan sekaligus cara pandang agar Indonesia menjadi pemimpin diantara bangsabangsa.

Tidak berlebihan dikatakan bahwa Pancasilalah puncak peradaban ideologi dunia. Dengan memahami keseluruhan makna filosofis terhadap sila-sila Pancasila: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan-kebangsaan, musyawarah, dan keadilan sosial sebagaimana disampaikan oleh Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, maka kita pun bisa melihat relevansi kehadiran Budi Utomo dalam perspektif kelima sila tersebut.

Dalam sila kemanusiaan misalnya. Para dokter muda tsb terus membuka rasa kemanusiaannya, dan memikirkan betapa menderitanya rakyat akibat penjajahan. Pengenalan mereka terhadap ilmu kedokteran semakin mengasah rasa perikemanusiaan tsb; merasakan dahyatnya ketidak adilan; dan terbangunlah suatu gugatan, bukankah setiap insan manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa?

Lalu mengapa ada penjajahan di muka bumi? Dari situlah mereka bermusyawarah dan lahirlah Budi Utomo sebagai benih-benih pentingnya persatuan bangsa senasib sepenanggungan.

Merenungkan Hari Kebangkitan Naisonal ternyata mampu melahirkan semangat bahwa Indonesia bangkit sebagai suatu keharusan. Indonesia bangkit adalah karakter bangsa, suatu energi kepeloporan melawan berbagai bentuk rintangan bagi kemajuan.

Indonesia bangkit adalah spirit bagi kejayaan dan kepemimpinan Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia. Syaratnya, kokoh pada Pancasila, kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Cerdaskanlah kehidupan bangsa, kedepankan riset dan inovasi, dan jadilah bangsa yang mampu berdiri di atas kaki sendiri. (*)

Tags:
Suara Kebangsaanhasto kristiyantoHari Kebangkitan Nasional

Administrator

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor