JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Salawat Tarhim yang biasa banyak mengalun Saat Imsyak di Bulan Ramadan, ternyata di beberapa tempat masih ada yang mengumandangkan.
Sayup-sayup terdengar alunan merdu Assholâtu wassalâmu ‘alaik/Yâ Imâmal mujâhidîn, Yâ Rosûlallâh.., sering terdengar di berbagai penjuru saat Ismyak.
Ya, itulah suara Salawat Tarhim, lantunan suara ulama asal Mesir Shaikh Mahmoud Khalil AL Hussary. Satu kemerduan yang enak didengar.
Suara indah itu hadir saat Imsyak (saat yang menjadi batas bagi umat Islam untuk mulai menjalankan ibadah puasa).
Rupanya makin banyak yang menyukai Salawat Tarhim itu. Bahkan, bukan saja mengumandangkan suara asli ulama Mesir itu, tapi juga ada yang mencoba mengumandangkan sendiri dari mereka yang biasa jadi muadzin.
Sholawat Tarhim suara indah Shaikh Mahmoud Khalil AL Hussary, menurut beberapa sumber disebutkan bahwa, bisa mengumandang pertama kali ke bumi Indonesia pada akhir 1960-an.
Baca juga:
Sholawat Tarhim, Seruan Merdu Menyentuh Jelang Subuh
Pertama kali dipopulerkan Radio Yasmara (Yaysan masjid Rahmat) Surabaya, pad akhir tahun 1960-1n. Pencipta Shalawat Tarhim tersebut juga dia sendiri, Shaikh Mahmoud Khalil Al-Hussary, ketua Jam'iyyatul Qurro' di Kairo, Mesir.
Sholawat itu bisa mulai berkumandang ke Tanah Jawa tersebut, dimulai dari misi kunjungan ulama Mesir tersebut.
Menurut Cak Nun, Syaikh AlHussary pernah berkunjung ke Indonesia, dalam misi saat itu, lalu beliau "dibelokkan" ke Lokananta, Solo untuk rekaman Shalawat Tarhim tersbut.
Shaikh Mahmoud Khalil AL Hussary (1917-1980) adalah ulama lulusan Universitas Al-Azhar Mesir, dan merupakan salah satu Qari (pembaca Alquran) yang paling ternama di jamannya, sampai-sampai ia digelari Shaykh al Maqari (sang ahli qiroah).
Shaykh Al-Hussary dikenal kepiawaiannya dalam membaca Alquran secara tartil. Ia pernah mengatakan, membaca Quran bukan semata-mata irama (lagu) atau seni bacaannya, yang paling penting adalah tartil: memahami bacaan Quran dengan baik dan benar
Yaitu, melalui studi kebahasaan (lingusitik) dan dialek Arab kuni, serta penguasaan teknik pelafalan huruf amupun kata per kata dalam Alquran. Dengan begitu dicapai tingkjap kemurnian (keaslian makna) yang tingga dalam membaca Alquran. (win)