Melihat semangat itu, Asep berkeinginan kuat untuk menambah jumlah santri yang belajar Tahfizd di sini, mengingat fasilitas tempat juga masih bisa menampung lebih banyak lagi.
"Namun karena faktor kesehatan dan sekarang masih dalam masa Pandemi Covid-19, akhirnya kami batasi demi menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes)," ucapnya.
Sementara itu Kepala DKM Masjid Al-Mizan Sunarko mengatakan, dalam program ini pihaknya hanya menyediakan fasilitas penunjang bagi santri-santri yang ingin belajar di sini.
Sedangkan untuk metode tahfizd, mentor atau musrif, proses seleksi calon santri itu diserahkan langsung kepada Rumah Tahfizd Indonesia (RTI). "Kami hanya menyediakan fasilitasnya saja, kalau untuk teknis mereka yang mengatur," ucapnya.
Aspidsus Kejati Banten ini menambahkan, kegiatan Tahfizd para santri di sini full sejak subuh sampai malam. Setiap harinya mereka diberi kebebasan untuk memilih tempat menghafal Al-Qur'an, tapi pada malam harinya mereka harus menyetorkan hafalannya kepada Musrif yang bertugas di sini.
"Karena sebagian besar di sini anak-anak, kami tidak ingin menghilangkan masa bermain mereka, makanya kami bebaskan," tuturnya.