Juwiring pabrike payung, daster kuning nggarahi wuyung (daster kuning bikin kasmaran). Ya, Ny. Kadarsih memang suka pakai daster kuning kembang-kembang manakala di rumah.
Iptu Musnan lupa bahwa jabatannya Kapolsek. Sebagai polisi dia harus melindungi rakyat, bukan malah mengeloni rakyat yang masih bini orang.
Lupa bahwa tak lama lagi akan pensiun, dia malah mencoba menapaki masa puber keduanya yang datang telat. Mentang-mentang suami Kadarsih jauh di rantau, Wakapolsek ini malah rajin mengunjunginya.
Awalnya warga sungkan dengan Pak Wakapolsek, tapi rupanya dianya malah semakin nekad dan tak tahu malu. Bagaimana tidak, anak sulung Kadarsih sebagai protes pernah sengaja menggebar knalpot motornya saat Iptu Musnan datang ke rumah berlama-lama.
Ironisnya, meski mendengar suara knalpot motor yang begitu keras, tak terusik juga. Rupanya Iptu Musnan tak tahu makna wejangan leluhur: ing sasmita amrih lantip (peka akan isyarat).
Karena begitu sering oknum Wakapolsek itu ngendon di rumah Kadarsih, beberapa hari lalu dia digerebek warga.
Awalnya Kadarsih ngaku tak ada tamu di rumah, tapi warga memegoki Musnan sedang mandi. Jangan-jangan mandi junub setelah “bertempur” antara hidup dan mati.
Kadarsih tak berkutik, apa lagi setelah polisi datang dan membawa serta istri Musnan. Langsung Pak Wakapolsek itu “ditenteng” pulang oleh istrinya.
Skandal Musnan – Kadarsih sudah ditangani Propam. Posisinya langsung dicopot, dan kemungkinan dipecat dari Polri.
Masalah lain akan menyusulnya. Jika suami Kadarsih tidak terima, Musnan bisa diproses secara hukum dengan ujungnya masuk penjara. Ironis kan, polisi ditangkap teman sendiri yang juga polisi. Terpaksa jeruk makan jeruk. (MC/Gunarso TS)