Obrolan Minggu Profesor Dr Amir Santoso: Revolusi

Minggu 28 Mar 2021, 06:12 WIB
Profesor Dr Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta.

Profesor Dr Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta.

Maka, generasi muda dan orang-orang diluar rezim, kini berganti menyebut rezim revolusioner itu sebagai rezim yang dikelilingi para
oligarki. Persis seperti rezim lama yang dihujat oleh sang revolusioner.

Orang-orang di luar rezim revolusioner itupun menganggap bahwa para revolusioner itu dulu melancarkan revolusi hanya karena mereka tidak
kebagian. Sebab ternyata setelah berkuasa, maka penyakit lama yang
melekat pada rezim lama, dilakukan lagi oleh rezim para revolusioner.

Penyakit mengulang praktek lama itu memang telah terjadi dimanapun
di dunia ini. Sebab hal  itu berkaitan erat dengan karakter manusia yang
selalu menginginkan kenikmatan hidup secara mudah.

Jarang sekali ada pemimpin revolusioner yang teguh memegang cita-citanya untuk mengabdi kepada rakyat miskin. Sukar melihat adanya pemimpin revolusi yang ketika berkuasa lantas benar-benar mengangkat harkat dan derajat rakyat dan negaranya yang miskin.

Memang ada beberapa pemimpin revolusi yang teguh dengan cita-citanya, namun sebagian, jika tidak sebagian besar, dari mereka telah
melanggar sumpahnya sendiri.

Dunia, agaknya memang akan selalu berputar dari suatu kelemahan
kepada kelemahan yang lain, dari suatu keburukan dan keburukan yang lain.

Kiranya, hanya rakyat yang berwawasan luas dan tidak munafi klah yang
akan mampu membuat dunianya berubah dari keburukan menjadi  kebaikan dengan melahirkan rezim yang mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negaranya.

Artinya, nasib suatu bangsa terletak pada bangsa itu sendiri, bukan terletak pada para pemimpinnya.

(Profesor DR Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta).

News Update