Dian Ahrina Waty (43) Ibu korban (Kiri), Pingkan (19) Kakak korban (kanan). (cr08)

Kriminal

Ibu Remaja di Tambun yang Disabet Celurit Tidak Terima Anaknya Dibunuh

Senin 08 Mar 2021, 15:53 WIB

BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Keluarga korban dari JFP (17) tidak menyangka anaknya harus tewas oleh sekelompok remaja tidak dikenal.

Ibu dari korban, Dian Ahrina Waty (43) tidak menerima perlakuan terhadap pelaku penyerangan dan berharap pelaku bisa segera ditangkap dan menerima hukuman yang setimpal.

Menurut Dian, JFP merupakan anak yang baik dan disukai oleh rekan-rekannya. Selama hidupnya, korban tidak memiliki masalah dengan orang lain.

"Anaknya baik, suka nolong saya, sayang sama keluarga," kata Dian kepada, poskota.co.id, pada pukul 12.00 WIB, Senin (8/3/2021).

Sebelumnya, JFP merupakan korban pembacokan dari sekelompok remaja yang tidak dikenal.

JFP harus merenggang nyawa setelah menerima sabetan celurit dibagian pinggang menembus ke dalam ginjal.

Berawal dari saling ejek dengan sekelompok remaja korban dengan sekolompok remaja pelaku, naas, kejadian tersebut berujung maut dan memakan korban.

Tidak hanya JFP, terdapat korban lainnya dari peristiwa tersebut, korban berinisial AS (17) juga menjadi sasaran amukan dari sekelompok remaja pelaku.

Namun, AS beruntung, ia masih tertolong setelah dibawa ke rumah sakit akibat tengkuk lehernya yang dibacok.

JFP yang merupakan anak bungsu Dian, memiliki seorang kakak perempuan bernama Pingkan (19). Ia pun merasa terpukul atas kehilangan adik satu-satunya yang sangat ia sayang.

Baca juga: Naik Motor Sambil Bawa Celurit di Sunter, Dua Pria Diamankan Tim Tiger

"Kakaknya ngerasa kehilangan banget, karena setiap kakaknya masuk kerja shift malem pasti dianterin sama JFP, kadang dijemput juga," ujar Dian, ibu kandung korban.

Lanjut Dian, meskipun anak bungsunya putus sekolah sejak SMP kelas dua, Dian mengaku anaknya berhenti sekolah lantaran kehendak JFP sendiri.

"Memang keinginan anaknya untuk berhenti sekolah, karena dia yang minta, saya enggak bisa maksa kehendaknya," ujar dia.

Kesehariannya, kata Dian, JFP bekerja sebagai tukang parkir di cafe dekat dengan rumah.

Meskipun menjadi tukang parkir dan korban putus sekolah, korban sering membantu ibunya dari penghasilan memarkir di cafe.

Sementara itu, mengenai kasus anaknya yang tewas oleh sekelompok remaja tidak dikenal, Dian meminta pihak kepolisian untuk bisa segera menangkap pelaku atas terbunuhnya FJP.

"Jika tertangkap saya minta hukuman yang seadil-adilnya, hukum paling berat, kalau perlu hukuman mati," tegas Dian.

Untuk diketahui, pihak Polsek Tambun, Bekasi saat ini sedang mendalami kasus yang menimpa anak dari Dian (FJP).

"Terjadi penganiayaan dan pengeroyokan dengan korban dua orang, satu diantaranya meninggal dunia," kata Kanit Reskrim Polsek Tambun, Iptu Gunawan Pangaribuan.

Jasad korban kemudian dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk kepentingan penyelidikan. Sementara polisi masih melakukan pengejaran terhadap para pelaku yang sudah diketahui identitasnya.

"Untuk motif penganiayaan masih kita dalami. Para pelaku masih dalam pengejaran," tandas Gunawan. (cr08/mia)
 

Tags:
Remaja tewasBekasi

Reporter

Administrator

Editor