Prof Dr Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya,

Opini

Obrolan Minggu Profesor Amir Santoso: Produk Indonesia

Minggu 07 Mar 2021, 06:00 WIB

CINTAILAH dan sukailah produk-produk dalam negeri Indonesia. Demikian kira-kira seruan Presiden Jokowi. Seruan yang bagus tapi belum tentu mudah dilaksanakan dan diikuti oleh masyarakat.

Untuk menyukai apalagi mencintai produk dalam negeri tentunya dibutuhkan beberapa hal. Pertama, produk itu harus bagus dan menarik. Bagus dalam arti mutunya dan menarik dalam penampilannya. Jika produk itu buruk kualitas dan penampilannya, siapa yang mau beli.

Kita ingat dulu di awal tahun 1970an, produk Jepang diketawain banyak orang. Karena mutunya dianggap rendah dan dibilang sebagai tiruan produk AS dan Eropa. Waktu itu orang bilang motor Jepang itu mesinnya hanya tiruan mesin motor AS dan Eropa. 

Kita ingat mobil Jepang yang banyak berseliweran adalah bemo berroda tiga dengan mesin, kalau tak salah, Mitsubishi. Lalu ada motor Honda dan Yamaha yang tubuhnya masih kecil. 

Situasi waktu  itu kira-kira sama dengan penilaian publik terhadap produk-produk China sekarang ini, masih dianggap kelas kacangan.

Kedua, harganya harus terjangkau oleh kantong masyarakat umumnya. Kalau harganya kalah murah daripada produk asing, jangan harap warga kita akan meliriknya. Apalagi jika produk asing itu lebih bagus mutu dan tampilannya. Jangan lupa sebagian besar warga kita, apalagi di masa pandemi ini, hampir semuanya menahan belanja. Sebagian yang datang ke mall biasanya hanya plesiran bersama anak cucu nonton etalase.

Ketiga, pemerintah harus berupaya mengubah cara berpikir masyarakat yang luar negeri minded alias gila produk asing. Kalau tidak memiliki produk asing meskipun harganya mahal dan kualitasnya sama dengan produk sejenis dari dalam negeri, rasanya tidak afdol. Upaya ini tentu butuh waktu karena harus mengubah cara berpikir dan persepsi masyarakat.

Sebab di masa Sukarno dan Suharto pun upaya dan kampanye mencintai produk dalam negeri sudah ada. Tapi tidak ada hasilnya. Rupanya kampanye itu tidak disertai upaya sungguh-sungguh untuk mendongkrak kualitas produk kita sehingga mampu bersaing dengan produk asing sejenis. 

Jepang dan RRC yang di awal produk mereka dianggap remeh, sekarang sudah menjadi produk yang digemari oleh publik kita. Hampir semua mobil dan motor di negeri kita adalah produk Jepang. Mobil RRC, merek Wuling sudah mulai banyak dijalanan.

Itu menunjukkan bahwa dua negara tersebut memang serius untuk bersaing dengan negara asing khususnya AS dan Eropa dalam memperebutkan pasar dunia. Lain dari itu dia negara tersebut sudah berhasil membuat warga mereka sendiri mencintai dan membanggakan produk-produk negara mereka. 

Jadi mestinya pemerintah kita mengirim tenaga ahli kita ke kedua negara tsb untuk mempelajari taktik dan strategi memenangkan pasar dalam negeri dan luar negeri.

Khusus untuk produk dalam negeri kita, perlu ada upaya sungguh-sungguh untuk memberikan fasilitas permodalan dan pengetahuan manajemen bagi produsen dalam negeri termasuk membuka akses pasar bagi mereka. Sebab potensi produsen kita luar biasa besar. Mereka hanya kekurangan modal dan pengetahuan serta akses untuk memasarkan produk mereka. Semangat dan keuletan produsen kita tidak perlu diragukan. Mereka siap berproduksi dan siap bersaing. 

Buktinya UMKM kita tidak mati selama pandemi ini. Yang mereka cari juga adalah perlindungan pemerintah bagi usaha niaga mereka itu. 

Tapi kampanye untuk mencintai produk dalam negeri tidak perlulah disertai dengan kampanye membenci produk asing. Sebab jika kualitas produk kita dan harganya sudah disukai oleh publik, maka tanpa disuruhpun, masyarakat akan beralih menggunakan produk kita sendiri. 

 Jadi memang masih perlu banyak upaya dan inisiatif agar produk kita mampu memenangkan hati mayoritas masyarakat kita. Tanpa semua upaya di atas, kita kuatir kampanye mencintai produk dalam negeri hanya akan berlalu begitu saja bagai berlalunya angin bertiup yang segera dilupakan orang.

(Prosesor Dr Amir Santoso, Gurubesar FISIP UI; Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta).

Tags:
Obrolan MingguProfesor Amir Santoso:Produk Indonesia

Reporter

Administrator

Editor