TEGA banget Priyatni (35), sebagai ibu. Anak kandungnya, bayi Santika yang baru berusia 9 bulan dibunuhnya gara-gara tetangga menganggap anak itu lahir mirip PIL Priyatni. Atas dorongan Afandi, 43, selaku PIL-nya, bayi itu dicekoni minuman beracun hingga tewas. Tapi apa kata suami, “Semua itu karena salahku.”
Ketika orang berselingkuh ria, tak pernah kepikiran bahwa aksi mesumnya bisa menyebabkan kelahiran seorang bayi. Yang penting nafsu terlampiaskan, selesai. Padahal ketika bayi hasil produksi tak resmi itu lahir, sering menimbulkan dampak sosial bagi keluarganya. Sebuah keluarga yang dibina puluhan tahun bisa bubar, bahkan orang jadi mudah menghilangkan nyawa gara-gara takut aib terbongkar.
Adalah Afandi, warga Telukbetung Bandar Lampung yang ngaku paranormal sekaligus guru ngaji. Dia pintar mengajari orang mengaji, tapi sekalian juga ngaji mumpung. Bagaimana tidak, Ny. Priyatni yang diajari ngaji, pada akhirnya malah dikeloni sendiri, padahal wanita itu sudah punya suami dan anak. Ternyata Afandi memang bagian dari guru ngaji abal-abal. Jika guru ngaji yang bener, mana mungkin jemaah pengajiannya malah dihamili sendiri.
Guru ngaji sekalian paranormal, menyebabkan Afandi ini jadi pintar pula menundukkan seorang wanita. Ketika Priyatni terpisah dari jemaah lainnya, eh diam-diam digauli. Suaminya, Prapto, 40, karena tidak tahu aslinya seperti apa kelakuan Afandi, dia malah senang istrinya diajari ngaji. Sebab dirinya meski kepengin mengajari ngaji istri, tapi ilmunya belum cukup. Maka kehadiran Afandi bagi Prapto bagaikan orang ngantuk disorong bantal.
Ketika kelonan perdana berlangsung, sebetulnya Priyatni sendiri dalam kondisi hamil sebagai hasil kerjasama nirlaba bersama Prapto suaminya. Maka boleh dikata guru ngaji abal-abal ini hanya sekedar “generasi penerus”, kehadirannya tak lebih untuk “nyepuh” saja, agar sibayi nanti sehat perkasa, rosa-rosa macam Mbah Marijan.
Ketika bayi Priyatni lahir, sama sekali tak ada yang mencurigai bahwa orok itu produk selingkuhan, karena memang ada suami. Tapi ketika bayi itu usia 8 bulan, mulailah ada bisak-bisik di antara warga bahwa bayi itu mirip Afandi guru ngaji kita. Padahal Prapto sendiri tak pernah berpikir sejauh itu. Tahunya bayi yang diberi nama Santika itu yang produk sendiri, meski tak ada tulisan standar SII.
Akan halnya Afandi, ketika opini publik mengatakan bahwa Santika mirip dirinya, jadi kaget juga. Soalnya dia sendiri memang punya andil di sana, meski saham itu tak sampai 10 persen. Takut pergunjingan makin meluas, dia berinisiatip bayi itu dilenyapkan saja. Mulailah dia membujuk Priyatni untuk membunuh bayi itu,
Rupanya Priyatni juga termakan bujukan PIL-nya, sehingga menuruti saja. Maka tanpa belas kasihan, bayi yang sedang lucu-lucunya di usia 9 bulan itu dijagal berdua dicekoki minyak rambut orang-aring ditambah gula jawa dan asem kawak. Tentu saja Santika meninggal hanya dalam tempo beberapa menit kemudian.
Prapto sudah barang tentu kaget mendengar berita anak bayinya meninggal. Tambah kaget lagi ketika terungkap bahwa Afandi berselingkuh dengan bininya. Kini Priyatni dan Afandi ditahan di Polres Tanjungkarang. Namun demikian dia tak marah pada istrinya. Maka mirip Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam konteks banjir Semarang, jawab Prapto, “Ini semua memang karena kesalahan saya.”
Maksudnya, bila dulu dia bisa mengajari istrinya mengaji, pastilah Priyatni takkan mengaji pada ustad abal-abal macam Afandi. Maka meski anaknya meninggal dibunuh ibu sendiri, Prapto masih bisa memaafkan istrinya. Terbukti dia rajin membezuk suami di sel tahanan. Prapto juga berjanji, bila Priyatni sudah bebas akan diterima kembali di sisinya.
Prapto tahu, dendam itu sesungguhnya meracuni jiwa sendiri. (KC/Gunarso TS)