JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto mendorong ide riset Vaksin Nusantara dan meminta agar prosesnya akuntabel. Vaksin Nusantara yang diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan itu harus diperlakukan sama sesuai kaidah penelitian ilmiah yang berlaku.
"Karena terkait klaim keamanan dan kemanjuran vaksin kita sudah punya standarnya, yakni melalui uji klinis fase I, II dan III. Mulai dari uji lab kepada hewan, sampai uji massif kepada manusia. Hasil uji ini harus terbuka kepada masyarakat ilmiah. Kalau hasilnya bagus, baru dievaluasi oleh BPOM untuk mendapat izin. Termasuk pemeriksaan oleh MUI terkait aspek kehalalannya," tegas Mulyanto, Jumat (26/2/2021).
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Bidang Industri dan Pembangunan ini berharap, pengembangan Vaksin Nusantara ini dapat dilanjutkan hingga tuntas sehingga bisa menjadi salah satu alternatif upaya penanggulangan Covid-19.
Baca juga: DPR Minta Semua Elemen Masyarakat Dukung Vaksin Nusantara
Menurutnya program pengembangan vaksin dapat dilakukan oleh siapapun yang memang kompeten dan ditunjang dengan sarana yang memadai.
"Inikan scientific competition yang di-drive oleh permintaan publik. Yang penting semua berjalan dalam koridor ilmiah yang baku," imbuh politisi yang akrab disapa Pak Mul ini.
"Saya rasa jalannya masih panjang untuk vaksin ini. Masih bersifat wacana. Belum jelas lembaga riset mana yang akan menelitinya, termasuk lembaga yang akan melakukan uji klinis serta badan usaha yg mensponsori. Karena itu segala hal yang positif kita dorong saja sesuai standar ilmiah yang ada," sambungnya.
Baca juga: Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Minta Semua Pihak Dukung Vaksin Nusantara
Sebelumnya dikabarkan, mantan Menteri Kesehatan Terawan bekerja sama dengan tim peneliti dari Laboratorium RSUP Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro dan Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat, mengembangkan vaksin Covid-19 yang diberi nama Vaksin Nusantara.
Vaksin Nusantara dikembangkan berdasarkan sel dendritik. Perbedaan Vaksin Nusantara ini dibandingkan vaksin lainnya terletak pada motor aktivitasnya. Hal ini dijelaskan oleh Guru Besar dari Universitas Airlangga Chairul Anwar Nidom.
Menurutnya vaksin konvensional secara umum disuntikkan ke seseorang dengan antigen (virus inaktif atau subunit protein). Kemudian, tubuh dibiarkan melakukan proses pembentukan antibodi.
Baca juga: Jokowi Tegaskan Indonesia Negara Tercepat di Asia dalam Melakukan Vaksinasi Covid-19
Sedangkan Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik yang disebut Nidom sebagai pabrik antibodi. Sel tersebut yang sudah dirangsang/digertak di luar, lalu disuntikan ke seseorang. Diharapkan, sel dendritik ini akan memproduksi antibodi yang siap menetralisir virus yang menginfeksi.
Kelebihan Vaksin Nusantara ini, lantaran berasal dari sel yang diambil dari tubuh penerima, vaksin dari sel dendritik diklaim kecil kemungkinannya menimbulkan infeksi. (rizal/tha)