JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Tahun Baru Imlek tepat jatuh pada hari ini, Jumat (12/2/2021). Namun tidak seperti perayaan sebelum-sebelumnya, dimana Pengurus Masjid Lautze, Karanganyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Naga Kunadi (44) menyebut tidak ada perayaan khusus karena saat ini masih dalam situasi pandemi Covid-19.
"Kalau secara khususnya sih engga ada ya, apalagi pandemi kaya gini ya," kata Naga ketika ditemui poskota.co.id di Masjid Lautze, Jum'at, (12/2/2021).
Naga menuturkan sebelum pandemi melanda, biasanya jika Tahun Baru Imlek jatuh di hari Minggu atau Weekend kerap diadakan makan bersama di Masjid Lautze bersama masyarakat Tionghoa yang sudah menjadi mualaf.
Baca juga: Tahun Baru Imlek 2572, Ini Pesan Menag Gus Yaqut untuk Warga Tionghoa
Akan tetapi dia menjelaskan, perayaan Imlek di sana agak berbeda dengan masyarakat keturunan Tionghoa pada umumnya.
"Bahwa Imlek itu kan tradisi Cina jadi kita berusaha tidak mencampur baurkanya dengan Islam," jelas Naga.
Pria yang memiliki nama Cina Qiu Xue Long itu menyebut dirinya mengartikan Tahun Baru Imlek kali ini sebagai ajang silaturahmi, baik itu dengan orang tuanya maupun dengan sesama masyarakat keturunan Tionghoa.
Naga pun menjabarkan, bahwa ia dan rekan rekan jamaah Masjid Lautze yang lain semenjak memeluk Islam kerap merayakan Imlek cukup dengan sanak saudaranya.
"Kita masih mendatangi orang tua, sebagaimana kita pas sebagai waktu belum muslim tapi kita diskusikan juga dengan temen temen muslim harus ada yg dihindari seperti makan makanan yg tidak halal," lanjutnya.
Baca juga: Peringatan Imlek di Tengah Pandemi, Vihara Lalitavistara Dibuka untuk Sembahyang Tanpa Kebaktian
Senada dengan Naga, Ali Karim Ketua Yayasan Masjid Lautze mengutarakan bahwa Tahun Baru Imlek merupakan sarana silaturahmi terlebih untuk masyarakat keturunan Tionghoa yang beragama muslim.
"Imlek itu tujuannya silaturahmi, yang udah lama ga ketemu terus ketemu. Kaya lebaran aja," sebutnya.
Dari pantauan poskota, suasana di sekitar masjid juga tak terlalu ramai dengan kegiatan Imlek. Bahkan terkesan seperti hari-hari biasa.
Hal ini tentu karena Jakarta masih menerapkan kebijakan PSBB transisi atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdasarkan arahan pemerintah pusat.
Perlu diketahui Masjid yang dikelola Yayasan Haji Karim Oei didirikan oleh Karim Oei Tjeng Hien dan diresmikan pada tahun 1991 silam.
Karim Oei Tjeng Hien sendiri merupakan tokoh muslim China yang semasa hidupnya dan kerap mendampingi Presiden pertama RI Ir Soekarno dalam agenda kenegaraan.
Namun pada tahun 1988 Haji Karim Oei wafat dan pada saat ini, Ali Karim yang merupakan anak ke-3 dari mendiang Haji Karim Oei, meneruskan pengelolaan Masjid Lautze. (CR-5/tha)