"Selain itu juga masih cukup kuatnya fenomena La Nina membuat suhu udara di kita menjadi lembab, dingin dan sering hujan, yang disebabkan oleh naiknya uap air permukaan sebesar 40 persen," ujarnya.
Dijelaskan Tarjono, La Nina itu sendiri merupakan fenomena menurunnya suhu permukaan air laut di Pasifik tengah. Ketika suhu di permukaan air laut di fasifik dingin, sementara di kita hangat.
"Nah, kemudian terjadi hembusan uap air dari fasifik tengah yang mengarah ke kita, sehingga menjadikan wilayah kita dingin dan hujan," ucapnya.
Baca juga: Waspada Dampak La Nina, BPBD DKI Beri Bantuan ke Kepulauan Seribu
Berdasarkan analisa dari BMKG Serang, embusan angin yang akhir-akhir ini terjadi mencapai 20 knot. Angka itu memang masih terbilang normal, karena masih di bawah 50 knot.
"Kekuatan angin berembus itu bisa terjadi pada segala musim, tidak hanya pada saat musim penghujan saja. Karena kekencangan angin itu diakibatkan oleh perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan yang lain," ujarnya.
Tarjono mencontohkan misalnya di Banten tekanan udaranya 1.009, tetapi di daerah lain tekanan udaranya lebih tinggi. Maka secara otomatis Banten akan terasa dingin karena mendapat hembusan angin dari daerah yang tekanan udaranya lebih tinggi tersebut masuk ke Banten.
"Musim penghujan ini terjadi di seluruh wilayah Banten, hujan dan disertai angin kencang, karena sekarang sudah memasuki puncak musim penghujan sampai bulan Februari besok," tutupnya. (luthfi/kontributor/ys)