DEPOK, POSKOTA.CO.ID - Pelaku penusukan Ustad H. Amil Muhamad Prinadi, 70, imam Masjid Jami AL-Mujahidin Jatijajar, Tapos, Kota Depok, dikenal pintar dan merupakan mahasiswa lulusan universitas di negara Jepang.
Hal tersebut diutarakan oleh sang ayah, Nurdin, 54, bahwa pelaku penusukan Ismail Ardiansyah, 22, merupakan anak ketiga dari lima bersaudara yang diketahui telah melakukan aksi kriminal tersebut kepada imam masjid di Depok.
"Melihat dari rekaman vidio cctv yang ada di dalam masjid dari ciri-ciri menggunakan kaos biru dan sweater serta celana jean adalah benar merupakan anak saya," ujarnya kepada Poskota di lokasi kejadian, disela memberikan keterangan kepada petugas Reskrim dipimpin Wakapolsek Cimanggis AKP Imam Suyono, Kamis (28/1/2021).
Baca juga: Pelaku Penusukan Imam Masjid di Depok Berhasil Dicokok Polsek Cimanggis
Nurdin mengungkapkan, putra ketiganya tersebut baru saja menyelesaikan beasiswa pendidikan di salah satu Universitas di Jepang dengan jurusan multimedia. Namun, kini Ismail tengah mengalami kelainan mental.
"Ismail kuliah di Jepang mendapatkan beasiswa dari SMK 1 Depok perwakilan dari Jawa Barat bersama 22 orang lainnya yang beruntung kuliah di Jepang," ungkapnya.
Nurdin menambahkan, anaknya mulai mengalami kelainan setelah pulang dari studinya di Jepang. Ismail kerap melantur dan sering mengeluarkan ilmu seperti sedang mengatur angin.
"Omonganya ngelantur bisa mengeluarkan ilmu bisa menguasai angin dan air seperti di film-film kartun jepang," tuturnya.
Baca juga: Memiliki Ilmu Kebal, Imam Masjid di Depok Tak Terluka saat Jadi Korban Penusukan
Ia mengatakan, Ismail masih sehat dan normal saat menjalani pendidikan di Jepang selama tiga tahun, tetapi setelah berjalan tahun ke empat dan akan pulang ke Indonesia, barulah kelakuan anaknya itu berubah dengan banyak berbicara ngelantur serta melakukan hal-hal yang tidak sesuai aturan.
"Pelaku pulang karena dideportasi dari KBRI di Jepang lantaran ada kasus memegang wanita dan sempat dimasukan sel selama 20 hari," tutur Nurdin.
Kendati demikian, Nurdin tidak memungkiri bahwa pisau dan pakaian yang dikenakan pelaku sama dengan yang biasa sehari-hari digunakan anak ketiganya itu.
"Pelaku tahu-tahu keluar rumah tanpa pengawasan kita. Tidak tahu keluar rumah tahu-tahu ada kejadian seperti ini. Semua keluarga syok termasuk para saudara-saudaranya," katanya.
"Padahal semasa sekolah baik SD, sampai SMK anak ini selalu juara 1 dan unggul di sekolah karena prestasi yang luar biasa. Takut anak saya ini terdoktrin ajaran ilmu yang tidak benar sewaktu pendidikan di Jepang menjadi ikut tidak benar dan seperti sekarang ini." tutupnya. (Angga/tha)