JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Masa pandemi ini mengharuskan kita untuk mengubah kebiasaan bertemu dan bersosialisasi, karena berdasarkan protokol kesehatan kita diwajibkan menjalankan aktivitas dari rumah aja.
Di situasi seperti ini masalah psikologis termasuk menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Karena perubahan pola kebiasaan ini secara tidak langsung membuat kita merasa tidak nyaman dan beresiko pada gangguan kesehatan mental.
Masalah psikologis karena adaptasi dengan kondisi new normal ini biasanya menyebabkan Defensife Response dan Emotional Distress yang terjadi dengan timbulnya stigma negative serta reaksi fisik, karena kesulitan dalam menghadapi siklus perubahan yang berujung dengan gangguan seperti Stress.
Contoh kasus gangguan stress yang retan terjadi adalah pada mahasiswa dan pelajar yang menjalankan kegiatan pembelajaran dengan system online, sehingga tidak jarangterdengarbanyak keluhan akan beban tugas yang terasa lebih berat di banding dengan belajar secara tatap muka.
Kondisi stress lainnya juga tidak sedikit pasien covid 19 saat ini yang menjangkit usia remaja s/d dewasa. Banyak anak anak milenial yang sudah terjangkit wabah Covid 19 ini dan kehilangan dukungan atau dikucilkan dengan teman sebaya lainnya dengan alasan takut untuk untuk membangun hubungan sosialisasi karena wabah Covid 19 di anggap sangat mengerikan dan hal ini berujung dengan stress pada sebagaian anak – anak.
Menurut Marcelina Melisa, M.Psi, selaku psikolog kesehatan mental, agar tidak terjadi stress kita perlu sadar akan kegiatan yang memungkinkan untuk dilakukan di rumah yang tidak membahayakan diri, untuk menghilangkan tekanan yang dirasakan.
Selanjutnya kita perlu menurukan ekspetasi berlebih di kondisi seperti ini, perlu juga untuk mengkontrol emosi –emosi negative dengan tidak mendenial perasaantersebut, seperti mengakui bahwa memang diri kita sedang capek dan butuh hiburan jauh lebih baik dengan tidak mengakui perasaan lelah tersebut.
HARUS TERBUKA
Bisa juga mencari support system yang bisa mendengarkan cerita kita karena dengan cara tersebut kita juga bisa merasa lebih tenang.
”Penting untuk kita mengetahui mengenai tidakan seperti apa yang harus dilakukan bila ada teman kita yang merasa kurang diterima karena pernah terjangkit wabah covid 19,” kata Marcelina Melisa.
Diungkapkan, kita harus terbuka dengan kondisi sekitar yang berstatus pasien atau yang sudah pulih. Melalui wabah ini orang yang menyayangi dan peduli dengan kita akan terlihat dengan sikap perhatiannya maka tidak perlu khawatir akan ini (untuk pasien covid).
“Selanjutnya untuk temen yang masih berstatus positive covid juga bisa mendapatkan support system dengan orang yang pernah terkena covid/ mantan pasien. Teman teman yang terjangkit penyakit covid ini juga bisa menyuarakan apa yang dirasa mengenai covid 19 dan menunjukankepada khalayak lain bahwa penyakit ini real. Pentig mematuhi protokol kesehatan jadi bisa speak out dengan caranya masing-masing,” tandas Marcelina Melisa. (Pawanbir Kaur, Student of LSPR Communication & Business Institute/tha)