Inggris Lockdown Lagi Setelah Kasus Covid-19 Mengganas

Selasa 05 Jan 2021, 10:15 WIB
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sedang diperiksa suhu badannya. (thesun)

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sedang diperiksa suhu badannya. (thesun)

JAKARTA – Penyebaran kasus Covid-19 mengganas, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin (4 Januari) memerintahkan Inggris untuk melakukan lockdown nasional baru.

Hal ini dilakukan untuk mencoba memperlambat lonjakan kasus Covid-19 yang mengancam membanjiri bagian-bagian sistem kesehatan sebelum program vaksin mencapai masa kritis.

PM Boris Johnson mengatakan varian baru virus korona telah menular dan menyebar dengan kecepatan tinggi, maka tindakan segera diperlukan untuk memperlambatnya.

Baca juga: Anggota Dewan dan Pegawai Positif Covid-19, Gedung DPRD DKI Lockdown 14 Hari

"Saat saya berbicara dengan Anda malam ini, rumah sakit kami berada di bawah tekanan lebih besar dari Covid daripada kapan pun sejak dimulainya pandemi," kata Johnson.

Data kenaikan kasus Covid-19 dan sejumlah aturan bagi warga saat Inggris Lockdown nasional. (thesun)

Pidato PM Boris Johnson tersebut  disiarkan televisi ke negara itu saat dia meninggalkan pendekatan regionalnya untuk memerangi pandemi.

"Dengan sebagian besar negara sudah berada di bawah tindakan ekstrim, jelas bahwa kita perlu berbuat lebih banyak bersama untuk mengendalikan varian baru ini.

Baca juga: Kantor PN Jaksel Lockdown Setelah Enam Pegawai Positif Covid-19

"Karena itu kita harus melakukan Lockdown nasional, yang cukup tangguh untuk menahan varian ini. Itu berarti pemerintah sekali lagi memerintahkan Anda untuk tetap di rumah," ujarnya.

Johnson mengatakan langkah-langkah itu akan mencakup penutupan sekolah mulai Selasa dan aturan yang mewajibkan kebanyakan orang untuk tinggal di rumah selain hal penting, seperti  belanja yang penting, olahraga, dan pengecualian terbatas lainnya.

Dia mengatakan bahwa jika jadwal program vaksinasi berjalan sesuai rencana dan jumlah kasus serta kematian menanggapi tindakan lockdown seperti yang diharapkan, maka kemungkinan untuk mulai keluar dari lockdown pada pertengahan Februari. Namun, dia mendesak agar berhati-hati tentang jadwal.

Baca juga: ASN Positif Covid-19, Kantor Kecamatan Cilandak Jaksel "Lockdown"

Vaksin Baru Diluncurkan

Ketika Inggris bergulat dengan jumlah kematian tertinggi keenam di dunia dan kasus mencapai titik tertinggi baru, kepala petugas medis negara itu mengatakan penyebaran Covid-19 berisiko membebani bagian sistem kesehatan dalam waktu 21 hari.

Lonjakan kasus telah didorong oleh varian baru Covid-19, kata para pejabat, dan sementara mereka mengakui bahwa pandemi menyebar lebih cepat dari yang diharapkan, mereka mengatakan ada juga cahaya di ujung terowongan, yakni vaksinasi.

Pemerintah Johnson sebelumnya memuji-muji "kemenangan" ilmiah karena Inggris menjadi negara pertama di dunia yang mulai memvaksinasi penduduknya dengan vaksin hasil Oxford University dan suntikan Covid-19 dari AstraZeneca.

Baca juga: Anies: Kantor Gubernur "Lockdown", Gedung Utama Balaikota Tetap Beroperasi

Pasien dialisis Brian Pinker pada hari Senin menerima vaksinasi pertama di luar uji coba.

"Saya sangat senang mendapatkan vaksin Covid hari ini dan sangat bangga bahwa itu adalah salah satu yang ditemukan di Oxford," kata pensiunan manajer pemeliharaan berusia 82 tahun itu, hanya beberapa ratus meter dari tempat vaksin itu dikembangkan.

Tetapi ternyata dengan vaksin yang diluncurkan, jumlah kasus Covid-19 dan kematian terus meningkat.

Baca juga: PN Jaksel Kembali Buka Pelayanan Usai Seminggu Lockdown

Lebih dari 75.000 orang di Inggris telah meninggal karena Covid-19 dalam 28 hari setelah tes positif sejak dimulainya pandemi.  Rekor 58.784 kasus baru virus korona dilaporkan pada hari Senin.

Sementara itu, dbrgerak beberapa jam di depan Johnson, Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon memberlakukan penguncian paling ketat untuk Skotlandia sejak musim semi lalu.

Administrasi yang dilimpahkan di Wales mengatakan semua sekolah dan perguruan tinggi di sana harus beralih ke pembelajaran online hingga 18 Januari. (win)

Berita Terkait

News Update