Begini Sikap Garuda Indonesia Terkait Kebijakan Larangan WNA Masuk ke Indonesia

Selasa 29 Des 2020, 21:01 WIB
Bandara Soetta. (toga)

Bandara Soetta. (toga)

TANGERANG, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah Indonesia resmi memberlakukan larangan masuk bagi warga negara asing (WNA) ke Indonesia mulai tanggal 1 sampai 14 Januari 2021.

Larangan tersebut dilakukan lantaran adanya temuan varian baru mutasi virus covid-19 yang diperkirakan tingkat menularannya lebih cepat.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra akan menyikapi secara positif upaya yang dijalankan Pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19.

Irfan mengatakan, Garuda Indonesia akan senantiasa patuh terhadap aturan dan upaya preventif yang telah ditetapkan.

Baca juga: KKP Bandara Soetta akan Lakukan Karantina WNI dan WNA yang Baru Tiba di Indonesia

Dirinya pun memberikan pengaturan jadwal ulang atau reschedule penerbangan kepada penumpang yang telah melakukan pemesanan tiket.

"Kami menerapkan kebijakan fleksibilitas penyesuaian rencana perjalanan yang dapat memberikan keleluasan bagi penumpang Garuda yang terdampak pada kebijakan tersebut untuk dapat kembali merencanakan perjalanan sesuai dengan perkembangan situasi pandemi yang terjadi saat ini", ujar Irfan melalui keterangan tertulis, Selasa (29/12/2020).

Irfan memastikan kesiapan layanan penerbangan Garuda Indonesia bagi kebutuhan warga negara Indonesia (WNI) yang akan kembali ke Tanah Air. Dapat kami pastikan Garuda Indonesia akan senantiasa mengedepankan mandat sebagai national flag carrier bagi masyarakat Indonesia.

"Adapun saat ini kami terus berkoordinasi dengan otoritas terkait guna memastikan hal-hal yang perlu diantisipasi terkait kebijakan operasional yang dijalankan perusahaan," katanya.

Diberitakan sebelumnya pemerintah Indonesia memutuskan menutup pintu bagi Warga Negara Asing (WNA) yang akan masuk ke Indonesia terhitung mulai tanggal 1 sampai 14 Januari 2021. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi masuknya varian baru virus Corona dari negara Inggris yang diduga lebih menular. (toga/tha)

Berita Terkait

News Update