LIBUR Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 (Nataru) kali ini di bawah bayang-bayang maut bernama virus corona. Ancaman akan munculnya klaster baru bisa menjadi peristiwa nyata apabila tidak dicegah sejak dini. Berkaca pada melonjaknya kasus Covid-19 pada libur panjang Agustus lalu, serta liburan 28 Oktober hingga 1 November lalu, penularan massal tidak boleh terjadi lagi.
Angka prefelensi penularan Covid-19 dari hari ke hari terus melonjak. Data harian Minggu (20/12/2020) angka terkonfirmasi positif secara nasional mencapai 657.948 kasus. Angka kesembuhan mencapai 536.260. Sementara angka kematian sudah menembus 19.659 kasus. Selama 10 bulan pandemi Covid-19 di Indonesia, angka kematian tertinggi terjadi kemarin, Minggu (20/12) yaitu 221 orang. Ini sungguh memprihatinkan.
Lonjakan penularan salah satunya dipicu dari klaster liburan. Itu sebabnya perlu tindakan preventif untuk memutus penularan melalui klaster liburan. Dalam konteks libur Nataru, pemerintah sudah membuat kebijakan memangkas waktu cuti bersama supaya hari libur tidak terlalu panjang, dan masyarakat berfikir ulang bila ingin bepergian ke luar kota di masa pandemi ini.
Tetapi agaknya sebagian besar warga tetap memilih pergi ke luar kota, entah berlibur atau pulang kampung. Mengantisipasi ledakan penularan di masa liburan, protokol kesehatan ketat dan ketentuan ketat diberlakukan bagi pelaku perjalanan. Baik pengguna kendaraan pribadi maupun angkutan umum wajib mematuhi. Ketentuan itu tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor 3 Tahun 2020 yang berlaku sejak 19 Desember hingga 8 Januari 2021.
Lewat SE tersebut pelaku perjalanan diingatkan supaya bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri, keluarga dan orang lain dengan mematuhi protokol kesehatan. Aktivitas libur panjang dan mobilitas massa secara bersamaan amat berisiko menimbulkan kerumunan hingga memicu penularan Covid-19. Sehingga bila pelaku perjalanan tidak patuh, ledakan penularan akan terjadi.
Klaster liburan sejatinya bisa dicegah dan diputus bila warga mau berkompromi dengan keinginan diri sendiri. Tidak bepergian selama libur panjang dan mau berdiam diri di rumah saja. Cengkeraman corona bisa ditekan bahkan diputus bila semua elemen punya kesadaran yang sama. Sama-sama disiplin menegakkan protokol kesehatan, melaksanakan 3M dan tidak keluar rumah bila tidak ada keperluan mendesak. Kuncinya, ada di tangan warga sendiri.*