SEKARANG ini masyarakat nggak kaget lagi ketika ada berita prostitusi. Apa itu yag dijajakan secara tradisional dari mulut ke mulut atau melalui online. Pokoknya begitu ada artis pemain sinetron atau FTV terlibat pelacuran, nggak perlu terkejut, paling mereka akan berkomentar,” O, pantes..!”
Pelacuran memang sulit diberantas. Berbagai usaha dilakukan oleh yang berwajib. Dulu, Pemda setepat puny ide, para pelacur dibuatkan lokaliasasi. Tujuannya, pertama agar para penjaja cinta ini mendapat bimbingan dari petugas. Tentu saja, pembekalan hidup dari ketrampilan, bimbingan rohani, agar mereka kembali ke jalan yang benar, mentas dari lembah hitam.
Namun apa daya, tujuan baik itu ternyata pun nggak behasil. Para pelacur malah betambah baanyak yang ngetem di lokalisasi. Akibatnya banyaklah hidung belang mampir di situ. Sepertinya lokalisasi adalah sebagai tempat legal pelacuran yang disediakan oleh pemerintah setempat.
Baca juga: Wajib Sehat Sebelum Berlibur
Maka, untuk mencegah berkembangnya pelacuran Pemda menutup lokalisasi tersebut. Lokasi berubah jadi sarana agama, seperti mesjid dan gedung untuk pendidikan agama dan sarana umum lainya untuk kepentingan masyarakat.
Tapi usaha Pemda kayaknya masih belum bisa meberantas pelacuran. Karena para pekerja seks tesebut mencari tempat yang baru untuk menjual diri. Ada yang bisa naik ke hotel, motel atau tempat hiburan lain. Bagi yang nggak mapu berasing,sudah berumur, misalnya, mereka lari ke jalan-jalan.
Saat ini para pelaku seks sudah kelewat nekat mereka akan berbuat atau menjual dagangannya di mana saja. Dengan terselubung, dengan hidung belang main di tempat apa saja, termasuk ruangan karaoke, panti pijat dan tempat-tempat lain bukan seharusnya.
Baca juga: Mari Kita Renungkan
Nah, ini pula ketika para pelaku tidak ditindak dengan tegas, bisa berbahaya. Karena tempat karaoke kan hiburan yang bisa dikunjungi oleh keluarga, istri dan anak-anak. Kalau ada yang melacur di situ, bagaimana, Bung? (massoes)