Kopi pagi.

Kopi Pagi

Singkirkan Kecurangan Meski Sebatas Angan

Kamis 10 Des 2020, 07:00 WIB

Oleh Harmoko

ADA pepatah demikian: Gagal dalam kemuliaan adalah lebih baik, daripada menang dalam kehinaan dan kecurangan.

Terlihat sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam. Pesan ini mengajak kita semua untuk mengedepankan perbuatan luhur dengan bersikap jujur, netral, dan objektif.

Meraih sesuatu harus diawali dengan kejujuran, bukan kecurangan, apalagi  memanipulasi angka dan data.

Meraih kesuksesan melalui kecurangan, dengan memanipulasi angka- angka, sejatinya hidup menjadi tiada guna dan tanpa makna.

Dengan kecurangan berarti ada pihak yang dirugikan, dikorbankan atau pun disingkirkan paksa.

Sebaliknya dengan mengusung kejujuran meski gagal dalam berkompetisi, akan lebih baik. Setidaknya membuat hati lebih tenang dan nyaman untuk evaluasi diri.

Kita meyakini, mereka yang menang karena kecurangan, pasti akan selalu dibayangi rasa bersalah. Meski perasaan bersalah tersimpan rapat dalam hati, bayang- bayang ketakutan akan sering terlintas dalam diri.

Tidak dipungkiri setiap orang ingin meraih sukses, ingin meraih angka tertinggi dalam berkompetisi.

Ingin menang dalam pilkada agar terpilih sebagai kepala daerah.

Itu manusiawi sepanjang melakukannya secara baik dan benar. Mengikuti norma dan etika yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Tetapi jika untuk menang dengan menjegal lawan melalui kecurangan, jelas sebuah pelanggaran. Tak hanya mengabaikan etika, juga menabrak norma agama dan negara.

Jika sebagai warga tidak menaati norma negara, tak ubahnya mengingkari keberadaan dirinya sebagai anak bangsa. Jika sudah demikian, lantas bagaimana nasib kepemimpinan kita ke depan.

Patut diingat, jika kecurangan menjadi sebuah mode, lazimnya kecurangan pertama akan diikuti dengan kecurangan kedua, ketiga dan berikutnya.

Banyak modus melakukan kecurangan. Tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil, tidak objektif termasuk perbuatan curang. "Mengakali"  dan "keculasan" juga bagian dari kecurangan.

Yang kita khawatirkan jika kecurangan dibalas dengan kecurangan sehingga jadilah "kompetisi kecurangan".

Tentu, dengan kedewasaan berdemokrasi, kita meyakini hal itu tidak akan pernah terjadi.

Mari kita singkirkan kecurangan meski hanya sebatas angan. Kalau pun terjadi bolehlah hanya dalam mimpi.

Banyak cara menjauhkan diri dari kecurangan dalam berkompetisi. Di antaranya tidak senantiasa terobsesi kemenangan karena ingin meraih kedudukan, pangkat dan jabatan.

Kita percaya semua akan menjadi nyata pada saatnya.

Ada pitutur luhur sebagai pegangan hidup kita. "Nek wis ono, sukurono.  Nek durung teko, entenono. Nek wis lungo lalekno, nek ilang ikhlasno."

Artinya, "Kalau sudah punya itu disyukuri, kalau belum datang ya dinanti, kalau sudah ditinggal pergi lupakan, kalau hilang iklaskan". (*)

Tags:
singkirkan-kecurangan-meski-sebatas-angankopi-psingkirkan-anganmeski-sebatas-angan

Reporter

Administrator

Editor