ADVERTISEMENT

Soal Ekraf, Dede Yusuf Bandingkan Agroindustri Cina dengan Pengrajin Golok di Bandung

Selasa, 24 November 2020 15:32 WIB

Share
Soal Ekraf, Dede Yusuf Bandingkan Agroindustri Cina dengan Pengrajin Golok di Bandung

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA - Pemerintah diminta agar mengembangkan ekonomi kreatif di bidang agroindustri. Sebab, 40 persen pekerja Indonesia berada di bidang agroindustri dan membutuhkan dukungan pemerintah seperti akses permodalan agar mereka bisa terus berkarya.

"Ekonomi Kreatif berkembang begitu pesat tetapi belum menyentuh sektor pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan. Padahal, hampir 40 persen pekerja Indonesia berada pada sektor agroindustri," kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Effendi, dalam rapat Panja Penguatan Ekonomi Kreatif Komisi X DPR RI, Selasa (24/11/2020).

Dede Yusuf mengatakan, kalau ada masyarakat yang berkreativitas di bidang pertanian harus didukung, diberikan modal dan akses.

Baca juga: Pemkab Purwakarta Pastikan Tumbuh Kembang Sektor Ekraf saat Pandemi

Saat sedang melakukan perjalanan ke Cina, Dede Yusuf melanjutkan, ia melihat alat pertanian yang digunakan di negara Tirai Bambu itu dibuat oleh industri dalam negeri China itu sendiri.

Dede pun mengharapkan hal serupa terjadi di Indonesia. Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat ini berharap pemerintah memberikan dukungan serta perlindungan kepada pelaku ekraf dalam negeri.

Dede Yusuf tidak menginginkan karya anak bangsa lebih mendapatkan aspirasi dari negara lain dibandingkan dari negeri sendiri.

"Di dapil saya (Kabupaten Bandung dan Bandung Barat--red) ada pengrajin golok yang sering digunakan oleh petani, namun tidak didukung. Karena tidak mendapat dukungan pemerintah, kemudian ada negara tetangga yang tertarik, si pengrajin dibawa ke negaranya. Jangan sampai hal-hal ini terus terjadi, makanya perlindungan itu sangat penting," imbuhnya. (rizal/ys)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT