TANGSEL - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, peningkatan elektabilitas calon kepala daerah secara signifikan hanya dalam kurun waktu dua bulan secara teori sulit dilakukan.
Menurutnya, sajian data yang dikeluarkan Indikator dengan menyatakan ada peningkatan elektabilitas yang cukup signifikan bagi pasangan Muhamad - Rahayu Saraswati Djojohadikusumo sebesar 18,1 persen itu sulit terjadi dimasa waktu sebelum pemilihan.
"Secara teori, kenaikan elektabilitas dalam masa kampanye, sangat sulit dilakukan," ujar Dedi melalui keterangan tertulis yang diterima poskota.co.id, Jumat (20/11/2020).
Baca juga: KPU Minta Paslon di Pilkada Tangsel Terapkan Prokes dan Debat Tanpa Massa
Dedi menyatakan, peningkatan elektabilitas kandidat secara drastis akan terjadi pada dua momen, yakni saat penentuan kandidat dan pada waktu pemilihan. Dirinya meragukan peningkatan elektabilitas kandidat secara drastis ketika masih berada di masa kampanye.
Apalagi selama pandemi Covid-19 gerak kampanye kandidat dibatasi, salah satunya dengan pembatasan jumlah massa yang diatur dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 13 Tahun 2020.
"Kalau masih di masa kampanye, peningkatan drastis sulit terjadi. Jadi ini adalah anomali," katanya.
Sementara Direktur Riset Kantor Konsultan Politik Konsepindo, Sapraji menyatakan, salip menyalip elektabilitas sebelum waktu pencoblosan adalah hal biasa dalam pilkada, tetapi biasanya terjadi pada kontestan yang sama-sama kuat.
Baca juga: Jelang Debat Pilkada Tangsel, Tiga Paslon Mengaku Tidak Ada Persiapan Khusus
Sapraji menyampaikan, lembaga survei Konsepindo Research and Consulting telah beberapa kali menyelenggarakan survei Pilkada Tangsel, namun tidak mendeteksi adanya stagnansi pada pasangan Benyamin - Pilar Saga Ichsan.
Dirinya mengklaim bahwa elektabilitas Benyamin - Pilar tidak pernah mengalami penurunan, tapi memang kenaikannya lamban karena posisinya elektabilitasnya sudah cukup tinggi.