Kopi Pagi

Jangan Sampai Kita Terlena

Senin 09 Nov 2020, 07:00 WIB

Oleh Harmoko

SERING dikatakan manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Sudah punya satu, ingin dua, sudah punya tiga, ingin punya empat.

Ini perilaku buruk yang harus dihindari karena mempresentasikan sikap serakah, tidak mensyukuri apa yang dimilikinya.

Tetapi tidak dengan hasil karya. Terkait profesi dan prestasi. Cepat berpuas diri dengan apa yang telah dihasilkannya, merupakan awal kemunduran.

Sebaliknya merasa tidak puas  adalah langkah pertama untuk kemajuan.

Pesan yang ingin disampaikan hendaknya kita tidak cepat berpuas diri terhadap apa yang selesai dikerjakan.

Hendaknya senantiasa tertanam dalam jiwa bahwa sukses yang kita raih baru tahapan awal. Apa pun prestasi yang kita ukir bukanlah akhir. 

Masih banyak pekerjaan lain yang terus menunggu, silih berganti harus ditangani.

Jika berdiam diri tidak melakukan sesuatu setelah meraih sukses akan tergilas oleh yang dianggapnya kemajuan.

Bagaimana tidak? Orang lain terus bergerak melakukan evaluasi diri, memperbaiki kekurangan, sementara kita berdiam diri tanpa melakukan sesuatu karena sudah merasa puas dengan sukses yang diraihnya. 

Padahal, lingkungan sekitar terus berubah. Dengan begitu, sukses yang dicapai hari ini, belum tentu disebut sukses untuk hari esok, lusa, apalagi masa datang.

Itulah sebabnya, cepat berpuas diri juga tidak bagus untuk jangka panjang.

Tantangan dan problematika yang timbul di masa depan tentu kian berat dan pasti beragam.

Sukses yang diperoleh sekarang itu, bukan lagi sukses untuk masa mendatang. Bukan lagi menjadi hal yang luar biasa, tetapi biasa- biasa saja.

Bahkan orang lain bisa lebih banyak dan lebih baik daripada yang pernah kita raih.

Karena itu, kuncinya adalah harus terus berubah! Dan terus memperbaiki diri dengan kesadaran tinggi bahwa yang kita telah raih bukanlah apa- apa, dan belum pula seberapa nilainya!

Dan di sinilah perlunya sikap rendah hati demi membuka mata hati dan kesadaran bahwa yang kita telah capai masih jauh, nun dari harapan. 

Boleh jadi orang lain memuji bahwa apa yang kita raih dan lakukan adalah sebuah prestasi, satu kesuksesan. 

Tetapi kita harus tetap bertahan pada pendirian bahwa pencapaian selama ini belum apa-apa. 

Hindari mabuk pujian dan gila bayangan karena pujian bisa membuat kita terlena sehingga takkan tergerak hati untuk melakukan perombakan dan perbaikan atas segala kekurangan. Kita harus sadar bahwa sukses yang kita dapat, prestasi yang kita sajikan, pasti masih mengandung kekurangan. Dan sekecil apa pun kekurangan itu, haruslah disempurnakan, bukan malah dibiarkan.

Kesadaran ini perlu! Mengingat kebanyakan orang terlalu cepat menyerah saat diuji dan terlalu cepat puas saat dipuji.

Banyak cara menghindari cepat  rasa puas diri. Selain dengan cara lebih bersikap rendah hati, juga membuka diri untuk menerima nasihat, masukan atau pun kritikan orang lain.

Kita boleh bangga dengan kesuksesan, tetapi jangan sampai lupa diri hingga terhenti untuk kembali menorehkan prestasi. 

Begitu pun kita boleh bangga karena sukses menurunkan kasus aktif Covid-19, tetapi jangan lantas berpuas diri dengan hasil yang dicapai saat ini.

Tugas berat masih menghadang, di antaranya kemungkinan datangnya serangan Covid gelombang kedua. Belum lagi, beragam problema lain yang akan menyertainya. Sadarlah!!!

(*)

Tags:
Kopi Pagijangan-sampai-kita-terlena

Reporter

Administrator

Editor