Pengamat Politik, M. Jamiluddin Ritonga, sebut Golkar tes pasar dengan mencalonkan Jokowi Cawapres dampingi Airlangga di Pilpres 2024. (ist)

Politik

Pengamat: Jokowi Cawapres Airlangga Hartarto 2024 Hanya Tes Pasar

Minggu 01 Nov 2020, 14:35 WIB

JAKARTA - Beberapa kader Golkar mengusulkan Ketua Umumnya Airlangga Hartarto jadi capres 2024. Bahkan Leo Nababan, wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Golkar mengusulkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai pendamping Hartarto.

"Usulan para kader Golkar itu tentu wajar mengingat Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar. Partai ini juga pemenang kedua pada Pileg 2019, sehingga diasumsikan memiliki banyak pendukung," kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, Minggu (1/11/2020).

Hanya saja Airlangga Hartarto memang memiliki sisi lemah dari sisi elektabilitas. Dari banyak survei yang dilakukan berbagai lembaga survei elektabilitasnya memang sangat rendah.

Baca juga: Golkar DKI Jakarta Optimis Bisa Mencapai Target 300 Persen Suara di Pemilu

Karena itu, lanjutnya, menjadi logis bila kadernya coba mengusulkan Jokowi sebagai pendamping Hartarto. Tujuannya tentu untuk mendongkrak elektabilitas Hartarto. Selain itu, upaya mengusulkan pasangan Hartarto-Jokowi lebih dini diperkirakan sebagai tes pasar. Golkar ingin mengetahui respon pasar, termasuk PDIP dan Jokwi sendiri.

"Bila respons pasar positif dan Jokowi berkenan, maka Golkar akan mengelola isu pasangan Hartarto-Jokowi secara terus menerus hingga dicalonkan secara resmi pada tahun 2024. Dengan cara begitu, Golkar berharap elektabilitas Hartarto dan partainya akan meningkat. Hal ini tentu akan dapat mendongkrak suara Golkar pada Pileg dan Pilpres 2024," ucapnya.

Harapan demikian tentu wajar saja. Sebab, semua partai akan mencari pasangan yang dapat mendongkrak elektabilitasnya.Hanya saja, isu yang dilontarkan kader Golkar ini direspon negatif oleh PDIP. Kader PDIP justeru meminta para menteri untuk fokus bekerja menangani covid-19 beserta dampaknya, bukan memperbanyak pencitraan.

"Masyarakat juga melihat usulan Hartarto-Jokowi sebagai pasangan capres-cawapres dengan skeptis. Usulan seperti ini dinilai hanya agenda kalangan elite, yang korelasinya dengan kepentingan rakyat sat ini sangat rendah," ucapnya.

Baca juga: Airlangga: Pemerintah Sudah Tahu Mereka Yang Sponsori Aksi Buruh

Rakyat justru menilai, Golkar terlalu ambisius untuk memperoleh kekuasaan. Empati terhadap rakyat yang sedang susah terkesan dibaikan begitu saja. Lagi pula, tidak ada jaminan memasangkan Hartarto-Jokowi akan otomatis meningkatkan elektabilitasnya. Apalagi saat ini elektabilitas Jokowi terus turun. Bahkan ada kemungkinan elektabilitas Jokowi akan semakin turun bila penanganan covid-19 dan penanganan dampak ekonominya berlarut-larut.

"Jadi, mengangkat isu pasangan Hartarto-Jokowi pada Pilpres 2024 di era pandemi ini justru bunuh diri. Golkar bukan mendapat citra baik, tapi elektabilitasnya berpeluang anjlo," tutup Dekan FIKOM Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta 1996-1999 ini. (rizal/ys)

Tags:
Jokowi CawapresAirlangga HartartoCawapresJokowi Cawapres Airlanggapilpres 2024Tes PasarGolkar

Reporter

Administrator

Editor