JAKARTA - Pengamat Ekonomi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi mengatakan, dalam menghadapi cuaca ekstrem Bulog harus bisa memastikan pendistribusian pangan yang merata.
Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya ketimpangan harga antara harga beras di wilayah yang surplus produksi berasnya dan wilayah yang produksinya mengalami defisit.
"Perhitungan ini harus dilakukan secara berkala dengan mempertimbangkan kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi, jangan sampai harga beras nanti terus berada dalam level tinggi atau perlahan naik. Karena jika perhitungan menunjukkan perlunya pengadaan beras dalam jumlah yang lebih banyak untuk mencukupi stok pangan," kata Prima Gandhi saat dihubungi, Minggu (25/10/2020).
Baca juga: BNPB Minta Warga Waspada Cuaca Ekstrem selama Pancaroba
Selain itu kata Gandhi, pemerintah melalui kementerian pertanian harus menyiapkan sejumlah antisipasi dampak cuaca ekstrem terhadap produksi pangan.
"Sejumlah upaya diantaranya Kementerian rutin memantau data prakiraan iklim dan curah hujan pada BMKG dan menyampaikan nya ke Petani," katanya.
Ia mengatakan, melalui fasilitator pertanian Kementan bisa mengidentifikasi wilayah pertanian rawan banjir. "Dan terjun ke lapangan guna pendataan serta penyiapan paket sarana produksi seperti benih, pupuk, alat pengering pada wilayah panen, serta asuransi usahatani bagi petani," katanya.
Sementara itu, Kepala Bagian Informasi dan Humas Perum Bulog Tommy Wijaya mengatakan, bahwa saat ini stok Bulog telah mencapai 1 juta ton.
"Ya. Stok yang dikuasai Bulog saat ini masih cukup besar. Yakni 1 juta ton," katanya, Minggu (25/10/2020) malam. (rizal/tha)