Psikolog Forensik: Soal LGBT di TNI-Polri, Sudah Dibahas Jadi Ancaman

Sabtu 17 Okt 2020, 07:19 WIB
Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel

JAKARTA - Terkait fenomena prilaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) yang disinyalir melibatkan anggota TNI-Polri, diduga sudah lama terjadi. Hal tersebut sudah menjadi hal umum tapi tidak ada yang berani membongkarnya.

Ahli Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan, sekitar tahun 2017 Komisi 8 DPR dan Pemerintah pernah mengadakan rapat membahas LGBT. 

"Saya lupa kata demi kata, tapi DPR dan Pemerintah memandang LGBT sebagai tiga ancaman. Ancaman terhadap kepribadian bangsa, kehidupan bangsa yang relijius, dan generasi muda," kata Reza saat dihubungi, Jumat (16/10/2020).

Baca juga: Polri Tindak Tegas Jika Ditemukan Anggotanya Berperilaku LGBT

Menurut Reza tidak perlu diperdebatkan lagi. Pasalnya, negara sudah punya pandangan atau sikap resmi. Itulah acuan bagi--spesifik dalam isu ini--TNI dan Polri dalam menyikapi jaringan LGBT. 

"Terlebih, sebagaimana pemberitaan media, regenerasi atau perluasan orientasi seksual menyimpang itu dilakukan dengan memanfaatkan relasi senior-yunior, maka boleh jadi itu merupakan bentuk kejahatan seksual," tukasnya.

Hal tersebut dilakukan, kata Reza baik dengan modus kekerasan maupun tanpa kekerasan (grooming). Terhadap kejahatan seksual semacam itu, sudah seharusnya sanksi pidana militer dijalankan.

Baca juga: Polandia Menolak Kritik Internasional Atas Hak LGBT

:Juga, kita kesampingkan status militer para pelaku, mereka adalah pelaku kejahatan serius. Kemungkinan mereka mengulangi perbuatan jahat harus ditangkal. Caranya adalah dengan mengekspos identitas mereka dan ungkap jaringan mereka," pungkasnya.

Dikatakan, TNI dan Polri bisa menjadi pelopor dengan mengambil langkah di atas. Tujuannya adalah membangun resiliensi masyarakat terhadap bahaya LGBT dan kejahatan seksual yang dilakukan oleh orang-orang homoseksual.

Tak Ada Rotan Akan pun Jadi

Terkait LGBT bisa masuk ke tubuh TNI dan Polri, Reza mengaku, banyak kemungkinan penjelasannya. Misalnya, homoseksual fakultatif. Prinsipnya adalah tak ada rotan akar pun jadi. 

Baca juga: Bupati Ade Yasin: Prostitusi LGBT di Puncak akan Diburu Satgas Gabungan

"Ketika orang terisolasi dalam lingkungan satu jenis kelamin, ketika dorongan seksual itu meluap, dia bisa saja menyalurkannya ke sesama jenis. Sejatinya dia heteroseksual. Tapi itu tadi, dia menjadi homoseksual fakultatif," ungkapnya.

Reza mengaku, teringat semasa ia bekerja di PTIK. Saat itu seorang presenter TV berulang kali meminta bantuan dirinya untuk bisa ikut perkuliahan di PTIK. 

"Saya anggap saja itu permintaan biasa. Tapi belakangan saya baru ngeh bahwa si presenter tampaknya memang ingin berdekat-dekatan dengan para mahasiswa PTIK yang kebanyakan adalah lelaki sehat," ucapnya.

Baca juga: Wapres Menegaskan Setiap Penyakit Pasti Ada Obatnya

Belakang, Reza baru tahu bahwa sesama pekerja TV menginfokan kepada dirinya bahwa presenter tersebut adalah homoseksual. 

"Pada lain kesempatan saya diajak bertukar pikiran tentang LGBT di kalangan hakim. Saya berharap bukan hanya TNI dan Polri yang bersih-bersih. Seluruh lembaga negara semestinya memulai aksi bersih-bersih," tukasnya. (ilham/win)

Berita Terkait
News Update