Kopi Pagi Harmoko. (arief)

Kopi Pagi

Jangan Perdebatkan Perbedaan

Senin 12 Okt 2020, 07:00 WIB

Oleh: Harmoko

PERBEDAAN bukan untuk diperdebatkan. Mengapa? Jawabnya cukup beragam, seberagam makna perbedaan itu sendiri.

Sering pula dikatakan perbedaan adalah kodrati. Sejak manusia dilahirkan sudah penuh dengan perbedaan. Bahkan, bayi kembar lima sekalipun yang dilahirkan dari rahim seorang ibu pun tetap memiliki perbedaan, baik fisik maupun jiwanya.

Dalam kehidupan bermasyarakat,  perbedaan tidak sebatas menyangkut antarpribadi di kelompok tersebut, tetapi  antarkelompok satu dengan yang lain. Bahkan, dalam konteks gelaran Pilkada seperti sekarang ini, terdapat perbedaan antar- pendukung calon kepala daerah.

Ini perbedaan yang terbentuk karena kepentingan Pilkada. Ada beragam latar belakang sehingga muncul perbedaan. Sebut saja karena faktor kondisi alam, seperti  ikatan geografis, kesukuan, etnis dan lainnya lagi.

Misalnya faktor agama, adat dan budaya serta kepentingan sosial lainnya.  Ada juga kelompok yang sengaja dibentuk lain karena kepentingan ideologis, bisnis, politis dan lainnya lagi.

Tapi meski masyarakat kita beragam, bukan lantas itu menjadi penghalang.  Bahkan bisa menjadi penguat. Tengoklah perjuangan mengusir penjajah hingga terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini sudah teruji.

Yang perlu menjadi renungan adalah jangan sampai karena perbedaan penafsiran atas sebuah kebijakan, lantas menjadi perenggang persatuan.

Kita hendaknya tetap menyadari bahwa perbedaan tafsir, beda pandangan, beda pendapat adalah keniscayaan. Perbedaan adalah fakta adanya, tidak bisa ditolak keberadaannya.

Malah, dengan adanya perbedaan, kita bisa saling melengkapi satu sama lain. Bisa saling mengisi kekurangan satu sama lain.

Sementara kita tahu, saling melengkapi akan terasa lebih indah daripada hanya bisa mengerti dan memahami, tanpa berusaha melengkapi kekurangan yang terjadi.

Ibarat pelangi, semakin banyak perbedaaan akan menjadi lebih indah. Karena perbedaan membuat hidup lebih berwarna.

Maknanya kita dituntut faham bahwa perbedaan itu bukan sebuah hambatan. Bukan pula persoalan. Karenanya tak perlu diperdebatkan hingga membuat perbedaan kian memanjang.

Yang diperlukan adalah kesepakatan bagaimana menyikapi perbedaan itu. Hendaknya tidak mengemas perbedaanmenjadikan sebuah pertentangan yang pada akhirnya menimbulkan gesekan.

Di sinilah klta kembali dituntut kesadaran untuk saling menghargai perbedaan. Bukan kian mengkritisi, tetapi meredam dan menyingkirkan munculnya perbedaan baru.

Kita meyakini dengan kesadaran yang tinggi, apa pun bentuk perbedaan akan dapat disatukan oleh sikap toleransi dan saling menghargai.

Ingat! Hidup bukan tentang mempermasalahkan sebuah perbedaan, melainkan saling melengkapi kekurangan. (*).

Tags:
Kopi Pagiharmoko

Guruh Nara Persada

Reporter

Guruh Nara Persada

Editor