Iluminasi mushaf Alquran dibuat Ki Atmaparwita,pada 1797-1798 M, kini dikoleksi Widya Budaya, Kraton Yogyakarta.

Nasional

Menengok Karya Iluminasi Mushaf Alquran di Tanah Air dari Masa Lalu

Jumat 25 Sep 2020, 07:53 WIB

JAKARTA – Belum lama ini Kementerian Agama mengumumkan adanya lomba Iluminasi mushaf Alquran. Mungkin istilah iluminasi ini masih asing terdengar bagi banyak orang, (kalangan muslim sekaligus). Untuk itu baik kiranya kalau kita menengok karya-karya iluminasi mushaf Alquran di Tanah Air dari masa lalu.

Namun, sebenarnya, iluminasi itu hanyalah istilah, dalam prakteknya sudah banyak muncul karya-karya iluminasi di Tanah Air. Iluminasi secara singkatnya menurut Kemenag adalah pencerahan.

Penjabaran dialam karya-karya Islam adalah hiasan-hiasan indah dalam lembar-lembar kitab Alquran.

Menurut penjelasan Kemanag, Iluminasi mushaf  berarti hiasan naskah yang bersifat abstrak yang bertujuan untuk memperterang atau mempercerah teks yang disajikan, yakni Alquran. Hiasan tersebut memiliki makna baik dari segi estetik (keindahan), sosial (kultural, identitas), maupun simbolis (ruhani, spiritualitas).

Di masa lalu, sudah banyak karya-karya iluminasi, tidak terbatas untuk kitab Alquran, tapi juga buku-buku keislaman. Di masa lalu, semua masih berupa karya goresan tangan, bukan cetakan. Ini bisa dilihat foto-foto indah yang termuat di buku Illuminations The Writing Tradisions of Indonesia, dirangkum oleh Ann Kumar and John H McGlynn (1996).

Di dalam buku itu dibeberkan sejarah iluminasi keisalaman, dan berbagai bentuk karya dalam lembar-lembar kitab keislaman, termasuk di dalam Alquran, yang berasal dari berbagai daerah.

Salah satu yang ditampilkan adalah foto iluminasi untuk Kitab Suci Alquran tulisan tangan, yang dibuat dari mengcopy  di Kraton Surakarta, pembuatannya pada 1797-1798 Masehi. Pembuatnya Ki Atmaparwita, dan kemudian menjadi koleksi  Widya Budaya, di Kraton Yogjakarta.

Perihal karya-karya Islam dan iluminasi, menurut keterangan buku ini, awalnya paka intelektual Indonesia menurun dari kitab-kitab dari Timur Tengah dan India. Untuk seninya, pengaruh dari Turki juga disebutkan.

Kemudian berkembang di Tanah Air, termasuk perkembangan membuat berbagai iluminasi. “Manuskrif keislaman itu untuk diturunkan sebagai pusaka bagi pemiliknya dan dalam keluarga mereka,” tulisnya.

Perkembangan iluminasi banyak terjadi di pesantren dan madrasah. Namun, kemudian berkembang lebih luas lagi pada tahun-tahun berikutnya.

Lomba Iluminasi Kemenag

Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) menggelar lomba iluminasi (pencerahan) Mushaf Alquran. Kegiatan ini bertujuan mencari karya-karya terbaik dalam seni hiasan mushaf di Indonesia.

Kegiatan ini diselenggarakan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Kemenag. "LPMQ menyediakan total hadiah sebesar Rp122 juta  untuk para pemenang yang akan diumumkan pada tanggal 13 November 2020," jelas Kepala LPMQ Muchlis M Hanafi di Jakarta, Sabtu (15/8).

Ia menambahkan peserta lomba adalah masyarakat muslim berkewarganegaraan Indonesia, baik perorangan maupun kelompok.

Menurut dia kompetisi ini melombakan satu paket kesatuan karya iluminasi yang terdiri atas sampul/kulit mushaf (depan, punggung, dan belakang), iluminasi awal mushaf (menghiasi Surah al-Fatihah dan awal Surah al-Baqarah), bingkai halaman teks Al-Qur’an, hiasan-hiasan tepi halaman (menghiasi tanda ‘ain ruku’, hizb, juz, manzil, waqaf lazim, dan sajdah), serta kepala surah dan tanda ayat. 

Karya akan dinilai dari motif ragam hias, komposisi warna, dan karakter ‘keindonesiaan’-nya oleh dewan juri yangg terdiri dari para ahli seni mushaf, seni kriya, dan desain.

 Muchlis menjelaskan terkait kata iluminasi (illumination), berarti menerangi, membuat cerah, menghias, mencerahkan secara spiritual atau intelektual.  

Iluminasi mushaf  berarti hiasan naskah yang bersifat abstrak yang bertujuan untuk memperterang atau mempercerah teks yang disajikan, yakni Alquran. Hiasan tersebut memiliki makna baik dari segi estetik (keindahan), sosial (kultural, identitas), maupun simbolis (ruhani, spiritualitas).

"Lomba ini diharapkan dapat merangsang kreativitas para seniman muslim dalam melahirkan karya-karya seni mushaf yang indah dan berkarakter, sekaligus mencerminkan kekayaan budaya bangsa Indonesia," ujar Muchlis.

Muchlis menambahkan, di nusantara, penyalinan Alquran  dilakukan secara manual, baik hiasan maupun tulisannya. Penyalinan tersebut berlangsung sejak kedatangan Islam di kawasan ini hingga akhir abad ke-19 ketika teknologi percetakan semakin maju.

Penyalinan mushaf terjadi di berbagai kesultanan dan wilayah penting masyarakat Islam dahulu, di antaranya Aceh, Riau, Sumatera Barat, Palembang, Banten, Cirebon, Yogyakarta, Jawa Tengah, Madura, Lombok, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Warisan penting tersebut kini tersimpan di berbagai museum, perpustakaan, pesantren, ahli waris, dan kolektor naskah—diperkirakan berjumlah 1500 naskah. (win)

Tags:
Iluminasi mushaf AlquranIluminasitanah air

Reporter

Administrator

Editor