Sedangkan pagi hingga siang ngamen di kawasan Pasar Pecah Kulit. Orang tuanya juga tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga juga mengamen. “Pagi kalau lagi pas gak sekolah ngamen, baru sorenya ngamen lagi,” ucapnya.
Cari Duit Jajan
Bocah lainnya, G (8), yang biasa ngamen di perempatan lampu merah Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pengamen cilik ini mengaku mengamen demi mendapatkan uang jajan. “Karena lagi gak sekolah, gak dikasih uang jajan. Jadinya cari sendiri,” kata bocah kelas 4 SD ini.
Menurut dia, dalam semalam mengamen, bisa mendapatkan uang paling banyak Rp50 ribu. Uang tersebut dibagi dengan kedua rekannya. “Ya lumayan buat jajan, nanti sisanya disimpan buat beli kuota internet, biar bisa main game,” ujarnya.
Dia mengaku tak takut dirazia karena memang saat ini tidak pernah ada petugas yang menindak. Terlebih, di semua lampu merah juga banyak pengamen yang mencari uang.
“Yang ngamen banyak banget, malah kadang-kadang harus antre giliran dulu. Kalau yang gede sudah pada pulang baru kita bisa gantian,” ungkap bocah ini.
Dia mengaku, orang tuanya tahu kalau dia mengamen bersama dua temannya. “Makanya orang tua nggak nyariiin. Paling cuma pesan saja jangan sampai malam-malam banget,” tuturnya.
Jadi Manusia Silver
Lain halnya dengan Semiyati (28). Dia terpaksa mengajak ke dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah mencari uang di jalanan dengan menjadi manusia silver.
“Semenjak corona saja begini, jadi manusia silver. Ini juga karena ikut-ikutan awalnya, karena banyak ngelihat di jalan-jalan, kalau sebelumnya mah saya ngamen,” tutur Semiyati, di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Warga Kramat Jati ini terpaksa mengajak kedua buah hatinya yang masih berusia 5 tahun dan 9 tahun. “Tadinya malah anak-anak saja (menjadi manusia silver, red), saya cuma ngawasin. Tapi banyak yang bilang katanya ekploitasi. Kok kenapa yang dicat anak-anaknya saja, emaknya malah nggak. Akhirnya ya sudah saya jadi ikutan juga,” paparnya.
Dia dan dua anaknya beroperasi mulai pukul 16:00 hingga malam hari, menyusuri toko-toko dan warung-warung makan di sepanjang Jalan Condet Raya. “Sebenarnya saya juga nggak mau ngecatngecat badan. Tapi mau bagaimana lagi, buat bayar kontrakan bulanannya saja Rp400 ribu , belum lagi buat makan. Dari mana kalau tidak kayak begini,”ucapnya.