PSBB Ilustrasi. (Ist)

Induk

PSBB Kompromi Kuncinya di Warga

Senin 14 Sep 2020, 06:00 WIB

MULAI hari ini, Senin (14/9/2020)  PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) kembali diberlakukan di DKI Jakarta selama 14 hari ke depan. Aktivitas perkantoran distop, pekerjaan dilakukan dari rumah atau work from home (WFH), transportasi umum dibatasi dan aktivitas ekonomi juga diatur. 

Gubernur Anies Baswedan memutuskan meletakkan kesehatan sebagai skala prioritas. Keputusan tarik rem darurat dilakukan melihat kondisi penularan Covid- 19 yang sangat signifikan dan sudah mengkhawatirkan. Karena Jakarta dalam dua pekan ini menyumbang angka tertinggi pada kasus penularan virus corona. 

Sebagai catatan, data harian Senin (14/9/2020) angka total penambahan kasus baru secara nasional tercatat 3.636 kasus. Dari jumlah tersebut DKI menyumbang 1.380 kasus. Data ini mencerminkan betapa penularan di Jakarta sangat tinggi, hingga Pemprov DKI harus mengambil keputusan tegas. 

Namun keputusan Anies menerapkan PSBB total menuai pro dan kontra. Pelaku usaha menilai keputusan ini membuat ekonomi yang baru mulai bangkit, akan kembali terpuruk. Selama pandemi Covid serta sejak diberlakukan PSBB, pelaku bisnis baik berskala besar maupun UKM banyak yang gulung tikar hingga menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Yang paling merasakan dampak dari pandemi adalah masyarakat menengah ke bawah yang bekerja di sektor non formal. Bagi mereka, di rumah saja sama dengan dapur tidak ngebul. Mereka bukan orang kantoran yang bisa WFH dan mendapat gaji bulanan. 

Jalan tengah diambil oleh Pemrov DKI dengan menerapkan PSBB ketat, lebih ketat dibanding masa transisi, namun lebih longgar dari PSBB awal. Kebijakan ‘PSBB Kompromi’ ini terkesan ambigu, di satu sisi kesehatan diprioritaskan, di sisi lain pelonggaran juga masih diberikan supaya ekonomi tetap berjalan. 

Semua menyadari, ekonomi kita terbelenggu oleh pandemi Covid-19. Tetapi kesehatan juga tidak bisa diabaikan agar korban tidak terus berjatuhan. Kuncinya, kini ada di tangan kita bersama, rakyat dan pemerintah. Tetapi peran terbesar ada di tangan warga, yaitu dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan. Belajarlah dari Jepang yang rakyatnya begitu disiplin, hingga bisa menekan angka korban Covid-19.**

Tags:
Induk Opinipsbb

Guruh Nara Persada

Reporter

Administrator

Editor