DISIPLIN diri. Ya! Itu satu upaya untuk mencegah penyebaran Covid-29.
Persoalan menjadi sulit dan bebelit karena tak semuanya memiliki kesadaran tinggi untuk berupaya mendisipilinkan diri sendiri.
Disiplin mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker atau rajin mencuci tangan setelah memegang fasilitas umum.
Memakai masker adalah kesadaran diri, begitu pun mencuci tangan.
Karena itu sering dikatakan taat norma atau taat asas, termasuk taat mematuhi protokol kesehatan akan berjalan maksimal, jika diawali adanya kehendak diri.
Tanpa kesadaran diri, tanpa disilpin diri, protokol kesehatan akan dipandang sebagai anjuran, bukan sebuah kewajiban.
Padahal dengan taat norma sejatinya telah melindungi diri sendiri dan keluarga dari terpaan virus Corona.
Cukup beralasan sekiranya "upaya paksa" sudah saatnya dilakukan untuk meningkatkam kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan kepada siapa pun dan kapan pun.
Penegakan hukum secara tegas terhadap para pelanggar adalah bentuk konkret dari sebuah " upaya paksa".
Tentu dengan memberikan sanksi yang tegas tanpa pandang bulu. Sanksi tegas bukan saja jenis sanksi yang sesuai aturan perundangan, juga dilakukan secara transparan dan objektif.
Maknanya tanpa ada kompromi, tanpa melihat latar belakang status sosial dan ekonominya.
Begitu pun yang melanggar protokol kesehatan, siapa pun dia, apa pun pangkat dan jabatannya, secara sadar menerimanya. Bahkan, aparat pemerintahan perlu memberi keteladanan kepada masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan.
Keteladanan menjadi penting, jika tidak, siapa lagi yang mengawal kepatuhan atas norma hukum, norma sosial, adat dan budaya bangsa.
Mari kita memulai disiplin diri mematuhi protokol kesehatan mencegah penyebaram virus Corona.
Lebih baik disiplin tercipta atas kesadaran diri, ketimbang disadarkan oleh orang lain. Mari berdisiplin diri, sebelum disiplinkan oleh orang lain. (*).